Saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dibuka dengan harga Rp 5.200 per lembar pada perdagangan hari ini. Di jeda siang, saham KAEF turun ke level Rp 5.125. Pada penutupan perdagangan, saham KAEF anjlok 265 poin atau 5,17% ke posisi Rp 4.860 per lembar.
Saham KAEF mengalami tren kenaikan tinggi jika ditarik hingga pertengahan 2020 lalu. Pasalnya, pada Juli 2020 saham KAEF masih berada level Rp 900-an. Lalu, di akhir 2020 saham KAEF sudah tembus di harga Rp 4.250 per lembar. Sepanjang 2020, saham KAEF tercatat sudah naik 249%.
Meski sedang mengalami penurunan pada perdagangan hari ini, Direktur Research & Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai harga saham KAEF masih terbilang mahal untuk masyarakat yang berminat berinvestasi jangka pendek.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan, saham KAEF masih bisa naik-turun dengan volatilitas yang masih tinggi karena pengaruh dari sentimen vaksinasi virus Corona (COVID-19) yang cukup besar. Selain itu, perekonomian yang belum membaik juga belum memberikan fundamental yang pada saham KAEF.
"Kalau bicara saat ini, boleh kita katakan mahal. Karena apa? Situasi ekonominya kan masih belum terjadi. Nanti, akan terjadi," kata pria yang akrab disapa Nico itu ketika dihubungi detikcom, Rabu (6/1/2021).
Sementara itu, untuk investasi jangka panjang saham KAEF bisa dikatakan murah. Pasalnya, pemulihan ekonomi pasca pandemi Corona berpeluang adanya kenaikan harga saham lagi.
"Kalau jangka panjang murah. Kenapa? Ada pemulihan dan perbaikan ekonomi di sana, vaksin, tapi nanti, bukan saat ini," ujar Nico.
Melansir data RTI, rasio price book value (PBV) saham KAEF sudah mencapai 3,96 kali. Menurutnya rasio PBV itu sudah terbilang tinggi, begitu juga jika dilihat dari valuasinya.
"Iya, (PBV) bisa juga, tapi yang paling penting diukur valuasinya saja. Jadi kalau lihat valuasi ANTM misalnya. Ternyata hanya Rp 1.800, sekarang harga sahamnya sudah Rp 2.220. Tapi kenapa harga saham terus naik? Sekalipun secara valuasi dia hanya Rp 1.800. Karena adanya valuasi sentimen," terangnya.
Untuk investor yang hendak menjual saham KAEF, ia menyarankan jangan menahan terlalu lama. Ia juga menyarankan agar investor tidak berharap harga saham KAEF akan naik lebih tinggi lagi. Ia mengatakan, jika sudah ada keuntungan sebaiknya dijual.
"Jangan greedy atau serakah. Kalau emitennya sudah untung, hit and run menjadi sebuah pilihan," tuturnya.
Dihubungi secara terpisah, Analis CSA Research Institute Reza Priyambada juga mengatakan harga saham KAEF masih terbilang mahal. Dia mengatakan hal itu karena membandingkan saham KAEF dengan saham farmasi lainnya.
"Kalau dibandingkan dengan kinerja fundamental dia yang masih mencatatkan penurunan, ini sudah jelas overvalue. Kita lihat saja pergerakan saham KAEF dari flat, kemudian pemerintah mengumumkan vaksin disediakan oleh BUMN farmasi, ini langsung naik," tutur Reza.
Meski begitu, menurutnya saham KAEF ini lebih menjanjikan untuk investasi jangka pendek. Pasalnya, kenaikan harga saham KAEF selama ini memang disebabkan oleh sentimen vaksinasi COVID-19 yang masih terus menjadi sorotan. Akan tetapi, ia sendiri belum mengetahui sampai kapan sentimen positif ini terus mengiringi saham KAEF.
"Ya lebih kepada short term. Selama berita-berita vaksin dari pemerintah masih ada, ya kita bisa memanfaatkan itu. Lalu yang dipertanyakan, ini sampai berapa lama? Ya kita nggak tahu," tutupnya.
(das/das)