Kemudian, Hans Kwee mengatakan, jika detikers sudah menentukan saham yang akan dibeli, maka bisa membeli saham pada harga terakhir (last price) yang tertera di aplikasi perusahaan sekuritas yang digunakan. Namun, jika detikers mau membelinya dengan harga yang lebih murah, maka detikers bisa menawar (bid), dan menunggu antrean apakah tawaran itu diterima oleh orang lain yang mau menjual sahamnya (offer).
"Harga saham itu mekanisme tawar-menawar pasar. Jadi jual-beli, tawar-menawar di pasar. Bisa (membeli saham dengan harga yang lebih murah) caranya dia ada bid dan offer. Jadi orang bisa mengantre. Tapi kalau saya menawar terlalu di bawah, kemungkinan nggak dikasih. Kalau saya berani ambil di atas, langsung bisa," papar Hans.
Untuk tawar menawar sebuah saham dikembalikan lagi pada kemampuan masing-masing investor. Nico Demus mengatakan, jika seorang investor optimistis harga saham sebuah perusahaan akan naik, maka bisa langsung membeli saham pada harga terakhir, sehingga tak perlu melakukan penawaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Balik lagi, kalau dia yakin harga sahamnya naik, kita ambil dari last price. Tapi misalnya nggak terburu-buru, lebih baik beli di harga yang lebih rendah lagi," ujar Nico.
Apabila sudah melalui semua tahap di atas, maka otomatis saham yang dibeli akan masuk dalam portofolio detikers. Selanjutnya, detikers tinggal menunggu waktu yang tepat untuk menarik keuntungan (taking profit).
(ara/ara)