Tips Lengkap Main Saham, Ini yang Harus Dipahami

Tips Lengkap Main Saham, Ini yang Harus Dipahami

Vadhia Lidyana - detikFinance
Minggu, 17 Jan 2021 09:37 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5% ke level 4.891. Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan saham siang ini.
Foto: Agung Pambudhy

1. Mau Investasi Saham, Siapkan Duit Berapa?

Untuk berinvestasi saham, detikers harus memiliki rekening dana nasabah (RDN) atau juga biasa disebut dengan rekening dana investor (RDI) yang dibuka melalui perantara yakni perusahaan sekuritas. Nantinya, detikers harus menyetor dana untuk saldo awal di RDN. Misalnya di MNC Sekuritas, saldo awal RDN bisa dimulai dari Rp 100.000.

"Saat ini deposit atau setoran awal untuk investasi saham sangat terjangkau. Investor hanya perlu menyiapkan dana Rp 100.000 saja untuk mulai berinvestasi," kata Susy.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah mengisi saldo RDN, maka detikers bisa membeli saham di aplikasi yang disediakan perusahaan sekuritas. Minimum pembelian saham sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah 1 lot (100 lembar).

Lalu, berapa harga 1 lot saham? Menjawab itu, Nico mengatakan harga 1 lot saham berbeda-beda, sesuai dengan harga saham masing-masing perusahaan terbuka yang terdaftar di BEI. Namun, untuk membeli sahamnya disesuaikan dengan kemampuan masing-masing investor.

ADVERTISEMENT

"Investasilah sesuai nilai kantong. Yang paling penting konsistensi untuk menabung. jadi misalnya setiap bulan mampu menyisihkan Rp 500.000 untuk saham, ya sudah masukkan. Sekarang kan 1 lot hanya 100 lembar. Misalnya beli saham Telkom, harganya misalnya Rp 3.500/lembar. Berarti kan 1 lotnya hanya Rp 350.000. Berarti ini kan sampai sebetulnya," terang Nico.

Menurut Nico, idealnya dana untuk investasi itu disisihkan sekitar 20-25% dari penghasilan bulanan. Namun, harus dipastikan uang itu tidak dibutuhkan untuk kebutuhan yang lebih penting.

Kemudian, Hans mengatakan, investor tak perlu membeli saham langsung dalam jumlah yang besar. Ia menyarankan, investor terutama pemula membeli saham dengan mencicil alias melakukan Dollar Cost Averaging (DCA).

"Untuk menghindari risiko yang terlalu besar, lakukan dengan bertahap. Jadi jangan langsung melakukan pembelian sekaligus, tapi melakukan DCA supaya mendapatkan harga yang bagus di pasar. Kemudian lakukan investasi dalam periode yang panjang, nah dengan DCA itu. Jadi setiap periode membeli, membeli, membeli," tutur Hans.

2. Cara Memilih Saham yang Tepat Bagi Pemula

Sebelum membeli saham, investor pemula sudah harus mengetahui saham apa yang hendak ia beli. Namun, untuk memilih saham yang akan dibeli, investor menentukan tujuannya terlebih dahulu dalam bermain saham. Tujuan itu ialah investasi jangka panjang atau pendek.

Menurut Hans, tujuan terbaik adalah untuk investasi jangka panjang, ketimbang jangka pendek atau trading.

"Kemudian, kita investasi dan lakukan dalam periode yg panjang. Artinya kita memegang saham tersebut, ditahan dalam periode yang panjang. Trading itu berbeda dengan investasi. Sebenarnya kita lebih mendorong orang untuk investasi di jangka panjang untuk menghindari kerugian-kerugian di jangka pendek. Kalau jangka pendek, itu orang trading. Dan trading pendekatannya berbeda lagi dengan yang saya jabarkan tadi. Tetapi trading itu banyak orang menderita kerugian karena melibatkan aspek psikologi," paparnya.

Setelah mengetahui tujuan berinvestasi saham, maka investor bisa memilih saham yang akan dibeli. Nico Demus mengatakan, cara termudah bagi pemula ialah membeli saham dari perusahaan yang dikenalnya.

"Nggak usah susah-susah. Kan teman-teman tahu bank BCA, BNI, BRI, Mandiri. Kalau infrastruktur ada Jasa Marga,Telkom, XL, kan gitu. Komoditas itu ada Antam, Bukit Asam, dan sebagainya. Ini kan sesuatu yang teman-teman bisa lihat," ungkap Nico.

Apabila ingin mengetahui lebih dalam, investor bisa membaca laporan keuangan perusahaan yang ada di situs Bursa Efek Indonesia (BEI). Apabila kesulitan membaca laporan keuangan, ada cara paling sederhana untuk pemula.

"Dalam setiap laporan keuangan punya 16 rasio, 12 rasio di antaranya itu yang paling penting. Teman-teman harus baca rasio solvabilitas, debt to equity rasio (DER), ini salah satu yang dasar sekali. DER ini aset dibagi utang. Kalau rasionya tinggi, berarti perusahaannya banyak utang dong. Nah berarti kita mesti cari perusahaan-perusahaan yang rasio DER-nya rendah. Nah hal-hal yang sederhana seperti ini, ini yang bisa mendorong orang awam untuk mengenal laporan keuangan tanpa harus melihat secara keseluruhan," urai Nico.


Hide Ads