Investasi Saham Jangan Pakai Uang Panas, Mending Pakai Cara Ini

Investasi Saham Jangan Pakai Uang Panas, Mending Pakai Cara Ini

Vadhia Lidyana - detikFinance
Sabtu, 23 Jan 2021 15:30 WIB
Ilustrasi investor saham
Foto: Ilustrasi: Luthfi Syahban

Dihubungi terpisah, Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting Tejasari Asad menegaskan, jika pemula yang ingin membeli saham melihat potensi keuntungan yang cukup besar, maka harus memahami pula risiko rugi yang juga besar. Oleh karena itu, berinvestasi menggunakan uang panas, misalnya sampai berutang sangat tidak disarankan.

"Mereka asumsinya kalau bisa untung 10% dalam beberapa hari saja, berarti bisa dong saya pakai uang pinjaman, misalnya di pinjol ternyata bunganya masih lebih kecil dibandingkan target return yang dihebohkan, jadi mereka berani. Tapi, mereka lupa kalau investasi di saham ada risikonya yaitu return-nya bisa turun. Uangnya atau harga sahamnya bisa turun, nggak selalu untung," terang Tejasari.

Khususnya untuk pemula, perencana keuangan memang menyarankan untuk berinvestasi jangka panjang di pasar saham, bukan trading yang memiliki risiko tinggi.Perencana keuangan Advisors Alliance Group Indonesia Andy Nugrohomenjelaskan, untuk memulai berinvestasi, maka disarankan menyisihkan dana menganggur dari penghasilan bulanannya minimal 10% per bulan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk teman-teman milenial sudah mau berinvestasi di pasar saham, berapa sih idealnya? Idealnya itu 10% dari penghasilan kita untuk berinvestasi," tutur Andy ketika dihubungi detikcom.

Akan tetapi, investor pemula juga harus memahami bahwa investasi berbeda alokasinya dengan dana darurat.

ADVERTISEMENT

"Beda pos. Kalau saya bilangnya, untuk penghasilan kitadipersentase100%, nah 55% untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk untuk bayar cicilan. Berarti masih ada 45%, itu untuk apa saja? Nah 10% untuk ditabung atau investasi, berarti sudah 65%. Kemudian 10% lagi untuk dana darurat, sudah 75% kan? Nah 10% untuk me time atau piknik, itu sudah 85%. Kemudian 10% lagi untuk pengembangan atau upgrade skill kita, sudah 95%. Nah 95% untuk dana charity, sedekah. Jadi posnya antara investasi, dana darurat, memang terpisah," pungkasnya.


(vdl/eds)

Hide Ads