Kenapa Perusahaan Raksasa China Pilih IPO di Hong Kong Ketimbang AS?

Kenapa Perusahaan Raksasa China Pilih IPO di Hong Kong Ketimbang AS?

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Senin, 15 Feb 2021 11:58 WIB
Bursa Saham China
Ilustrasi/Foto: Reuters
Jakarta -

Perusahaan ventura DCM baru saja menghasilkan US$ 16 miliar dari penawaran saham atau initial public offering (IPO) media sosial China, Kuaishou. Pencatatan tersebut dilakukan di Hong Kong, bukan Amerika Serikat (AS).

Dikutip dari CNBC, Senin (15/2/2021), salah satu pendiri DCM David Chao berharap, langkah tersebut diikuti perusahaan teknologi China lainnya. Alasan utama Chao adalah karena empat tahun 'bentrok politik' pemerintahan Trump dan perusahaan-perusahaan China.

"Anda telah mengalami hubungan permusuhan yang meningkat antara AS dan China," kata Chao.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tekanan Trump terhadap Huawei dan janji untuk menghapus beberapa perusahaan membuat perusahaan Chiba berpikir kembali untuk melantai di AS.

"Itu benar-benar membuat perusahaan China memikirkan kembali tentang go public di AS," tambah Chao.

ADVERTISEMENT

Dulu, bursa AS sangat kompetitif dan memikat perusahaan raksasa China. Dua e-commerce raksasa China yakni Alibaba dan JD.com pun melantai di Nasdaq pada 2014. Sebelumnya lagi, perusahaan digital Baidu, platform permainan NetEase dan situs perjalanan Ctrip yang kini Trip.com.

Namun, tren itu bergeser. Hong Kong adalah bursa terbesar keempat dunia dalam kapitalisasi pasar. Ia di bawah New York Stock Exchange, Nasdaq dan Shanghai Stock Exchange.

Menurut Chao, Hong Kong mendapat dorongan sebelum perang dagang AS-China. Kondisi empat tahun terakhir hanya mempercepat perkembangan bursa Hong Kong.

Januari lalu, NYSE menanggapi perintah eksekutif dari Presiden Trump yang ditandatangani pada bulan November, yang melarang orang Amerika berinvestasi di 31 perusahaan yang diidentifikasi oleh Departemen Pertahanan sebagai perusahaan 'militer Komunis China'. Daftar tersebut termasuk China Telecom, China Mobile dan China Unicm yang semuanya juga terdaftar di Hong Kong.

Terlepas dari pendekatan yang akan diambil oleh pemerintahan Biden, Chao berharap Hong Kong tetap kuat karena perusahaan melihat go public di Hong Kong akan sama besarnya.

Untuk diketahui, Kuaishou bekerja mirip dengan aplikasi video pendek TikTok. Perusahaan teknologi tersebut melakukan IPO di Hong Kong mengikuti jejak situs belanja Meituan dan produsen smartphone Xiaomi di tahun 2018.

Tencent Music sedang mempersiapkan penawaran US$ 5 miliar di Hong Kong setelah pertama kali go public pada NYSE pada 2018, Alibaba pada 2019 dan NetEase tahun lalu.

Kuaishou mengumpulkan 41,28 miliar dolar Hong Kong (US$ 5,32 miliar) dalam IPO-nya dan melonjak hampir 200% dalam debutnya pada 5 Februari. Saham tersebut terus meningkat dan ditutup minggu lalu 298 dolar Hong Kong. DCM investasi di perusahaan tersebut sekitar US$ 50 juta di mana saat ini bernilai sekitar US$ 16 miliar.

Saksikan juga 'Beda Sikap China-AS soal Situasi di Myanmar':

[Gambas:Video 20detik]



(eds/eds)

Hide Ads