Saham-saham di sektor farmasi tiba-tiba mengalami pergerakan yang cukup signifikan. Para analis menduga ada beberapa sentimen yang menggerakkannya salah satunya terkait kehebohan obat Ivermectin.
Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali menilai penguatan saham-saham farmasi lebih terkait berita tentang obat terapi COVID-19 yang bernama Ivermectin.
"Obat Ivermectin yang digunakan sebagai terapi COVID-19 yang bisa diproduksi oleh Indofarma. Obat tersebut nantinya akan didistribusikan oleh perusahaan farmasi di tanah air," terangnya saat dihubungi detikcom, Selasa (22/6/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan begitu, menurut Frederik seharusnya sentimen tersebut hanya akan mempengaruhi saham perusahaan farmasi BUMN dan anak-anak usahanya.
"Betul, mungkin juga kalau mau bicara dari peningkatan kasus covid juga kaitanya dengan percepatan vaksinasi ya. Emiten farmasi yang dapat memproduksi vaksin bisa juga ada sentimen positifnya," ucapnya.
Sementara Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas mengatakan bisa jadi kasus Corona yang meningkat tajam menjadi penyebab bergeraknya saham-saham farmasi. Namun menurutnya faktor yang lebih besar adalah pernyataan Menteri BUMN Erick Thohir mengumumkan obat terapi COVID-19 bernama Ivermectin telah mendapat izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
"Jadi secara tidak langsung saham-saham farmasi kompak dinaikkan oleh market maker," ucapnya.
Namun Sukarno mengaku tak yakin saham-saham farmasi ini akan meningkat drastis seperti tahun lalu. Menurutnya penguatannya akan bersifat terbatas.
Dia meminta pelaku pasar untuk tetap hati-hati dan jangan mudah tergiur melihat kenaikan saham-saham farmasi tersebut.
"Sepertinya ragu kalau untuk kembali kencang seperti tahun lalu. Kalaupun iya, diharapkan hati-hati saja. Karena hanya bersifat sementara. Jangan terlalu terpancing dengan kenaikan yang ekstrem, karena resiko penurunannya juga tinggi," tegasnya.
Simak juga video 'FDA AS Belum Setujui Ivermectin Jadi Obat Pasien COVID-19':