Bukalapak Masih Rugi, Kok Berani Melantai di Bursa?

Bukalapak Masih Rugi, Kok Berani Melantai di Bursa?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Sabtu, 10 Jul 2021 15:30 WIB
Ilustrasi Bukalapak
Foto: detikINET/Anggoro Suryo Jati
Jakarta -

Salah satu e-commerce asal Indonesia, Bukalapak sudah menyatakan rencana penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Jika IPO ini sudah terlaksana, Bukalapak adalah unicorn Indonesia yang pertama kali melantai di Bursa Efek.

Ekonom & Praktisi Pasar Modal Lucky Bayu Purnomo mengungkapkan dengan rencana Bukalapak untuk listing di Bursa ini akan menjadi pemimpin di industri sejenis.

"Menurut pandangan saya, momen ini cukup baik. Apalagi sekarang perusahaan juga masih mengalami kerugian finansial. Walaupun rugi ini bukan berarti dia nggak berani IPO, justru ini jadi terobosan bagaimana caranya mendapatkan alternatif permodalan," kata dia saat dihubungi detikcom, Sabtu (10/7/2021).

Dia mengungkapkan, tak hanya Bukalapak yang berani maju ke arena bursa ketika keuangannya merugi. Lucky menyebut pada 2011 Garuda Indonesia juga melakukan hal yang sama. Apalagi saat itu kinerja keuangan Garuda tertekan akibat utang dalam mata uang dolar AS dan tertekan harga minyak yang naik tinggi.

"Dulu Garuda IPO tujuannya untuk mempertahankan kinerjanya, walaupun memang sekarang kembali masuk ke masa kerugian. Tapi ini terbukti menjadi salah satu cara menjaga bisnis. Bayangkan kalau nggak IPO dulu, mungkin sudah ditutup. Jadi ini adalah salah satu strategi sekaligus kesempatan yang bisa diambil perusahaan," ujar dia.

Menurut Lucky, memang untuk saham Bukalapak ini lebih cocok dibeli oleh investor dan bukan trader. Karena visinya menarik untuk jangka panjang. Selain itu dalam waktu dekat, Bukalapak sedang berupaya membenahi kerugian yang mereka alami.

Lucky menambahkan Alibaba sebagai salah satu penyokong dana di Bukalapak juga merupakan unicorn yang melantai di bursa saham Amerika Serikat (AS). Dia mengharapkan Bukalapak ini bisa mengikuti jejak Alibaba yang sukses ketika melantai di bursa.

Dia menyebut, jika IPO ini berhasil maka bisa memberikan kredit yang baik untuk regulator hingga stakeholder. "Jadi BEI, OJK, KSEI, KPEI ini akan dapat kredit yang baik, ada lho perusahaan unicorn yang sukses listing dan berhasil," tambahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lihat juga Video: Microsoft Akan Genjot Bukalapak Rp 1,46 T

ADVERTISEMENT

[Gambas:Video 20detik]



Analis Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas mengungkapkan saham Bukalapak memiliki prospek yang menarik untuk jangka panjang.

Meskipun masih ada kerugian pada kinerja keuangannya. "Tapi tren kerugiannya itu turun, artinya ada prospek untuk bisa mencatatkan laba," jelas dia.

Dia menjelaskan jika dilihat rasio PBVnya dg asumsi harga Rp 750 - Rp 850 berada di di 3.7x - 4.2x, tapi jika dibandingkan rata2 industrinya masih di bawah AVG industri di 8.6x.

Kemudian untuk jangka pendek terutama untuk awal listing Sukarno menyebut tak akan terlalu agresif untuk naik, karena total emisi yang besar.

"Biasanya akan sulit untuk menguat di awal-awal untuk emisi sebesar itu, kecuali market makernya ikut andil," jelas dia.

Dikutip dari prospektus ringkas Bukalapak menargetkan bisa meraup dana hingga Rp 21,9 triliun.

Nantinya Bukalapak akan melepas 25.765.504.851 lembar saham biasa atas nama yang seluruhnya merupakan saham baru. Saham ini dikeluarkan dari portepel Bukalapak dengan nominal Rp 50.

Ini artinya ada 25% saham Bukalapak yang dilepas ke publik dalam IPO ini. Harga yang ditawarkan Rp 750 - Rp 850 per lembar.

Penawaran awal akan dilakukan 9-19 Juli 2021. Kemudian tanggal efektif pelaksanaan IPO ditetapkan 26 Juli 2021. Kemudian masa penawaran umum perdana saham dilakukan pada 28-30 Juli 2021.


Hide Ads