Kisah Bukalapak: Dari Kamar Kost Bermodal Rp 80 Ribu, Sekarang IPO

Kisah Bukalapak: Dari Kamar Kost Bermodal Rp 80 Ribu, Sekarang IPO

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Sabtu, 10 Jul 2021 17:00 WIB
Ilustrasi Bukalapak
Foto: detikINET/Anggoro Suryo Jati
Jakarta - Bukalapak sudah mengumumkan rencana untuk melantai di bursa saham. Kemarin, Bukalapak melakukan paparan untuk initial public offering (IPO). Dana segar yang ditargetkan mencapai Rp 21,9 triliun dari sekitar 25.765.504.851 lembar saham yang dilepas ke pasar.

Mau tahu perjalanan Bukalapak hingga bisa menjadi unicorn pertama RI yang akan melantai di bursa?

CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin mengungkapkan Bukalapak adalah sebuah perusahaan yang awalnya berdiri di sebuah kamar kost. Modalnya tidak besar, hanya puluhan ribu.

"Bukalapak didirikan 11 tahun lalu secara sederhana dengan mimpi dan misi yang besar. Dari sebuah kamar kost kecil dan modal Rp 80.000, Bukalapak bermimpi untuk memberdayakan UMKM Indonesia dengan teknologi," kata dia, kemarin.

Rachmat mengungkapkan Bukalapak kini menjadi perusahaan teknologi Indonesia yang memiliki misi menciptakan perekonomian yang adil untuk semua. Melalui platform online dan offlinenya. Bukalapak memberikan kesempatan dan pilihan kepada semua orang untuk meraih kehidupan yang lebih baik.

Bukalapak didirikan oleh Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono dan Fajrin Rasyid. Ketiganya sudah meninggalkan perusahaan tersebut.

Dikutip dari pemberitaan detikcom (28/7/2018) Zaky pernah menceritakan dalam proses membangun Bukalapak banyak rintangan yang dihadapi. Salah satunya adalah sulit membuat investor percaya jika model bisnis baru ini bisa berkembang menjadi perusahaan besar.

Zaky menyebut dia pernah mengajukan proposal dengan nilai Rp 100 juta. Namun calon investornya menilai jika bisnis yang dia ajukan tak terlihat barangnya sehingga akan sulit.

Memang, dalam pembangunan Bukalapak ini Zaky terinspirasi ketika dirinya masih menjadi mahasiswa. Saat itu dia mendapat proyek dari stasiun TV untuk membuat program penghitungan cepat atau quick count. Dia langsung menerima tawaran tersebut.

"Saya pikir ini kesempatan, mendapatkan proyek langsung, nilai proyeknya Rp 1,5 juta, dikasih 7 hari, coding, ternyata pas hari H software saya yang dipakai, dan itu bisa ditonton jutaan masyarakat Indonesia," ujar dia saat itu.

Dia mengaku bangga karena produknya bisa bermanfaat untuk orang banyak. Zaky mengaku gusar karena nilai proyek tersebut ternyata Rp 200 juta.

Zaky menyebut Bukalapak muncul karena keberanian. "Jadi Bukalapak itu nggak ada modal, jadi butuh keberanian," lanjut Zaky.

Sekarang Bukalapak sudah bersiap untuk masuk ke bursa saham dan siap mengikuti mekanisme pasar.

Walaupun memang Bukalapak masih mencatat kerugian. Meskipun jumlahnya lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.

Berdasarkan dokumen laporan keuangan tahun 2020, Bukalapak masih mencatat kerugian Rp 1,3 triliun. Angka ini lebih rendah dibandingkan kerugian pada 2019 yang mencapai Rp 2,8 triliun dan 2018 rugi Rp 2,2 triliun.

Tahun lalu pendapatan Bukalapak mengalami peningkatan yaitu Rp 1,35 triliun, lebih besar dibanding 2019 Rp 1,07 triliun. Bahkan angka ini juga lebih besar dibanding 2018 yang hanya Rp 292 miliar.

Kemudian transaksi tercatat Rp 85,08 triliun, naik dibandingkan 2019 Rp 57,39 triliun dan Rp 28,34 triliun pada 2018. EBITDA Bukalapak sudah mulai membaik berada di kisaran Rp 1 triliun. Pada 2020, EBITDA Bukalapak minus Rp 1,67 triliun, pada 2019 minus Rp 2,68 triliun, dan 2018 minus Rp 2,22 triliun.

Presiden Komisaris Bukalapak, Bambang Brodjonegoro mengapresiasi kinerja perusahaan dan mendukung langkah manajemen untuk melakukan IPO Penawaran Umum Perdana Saham di tahun ini.

Dia meyakini, sebagai All Commerce ekosistem digital, Bukalapak dapat menjadi salah satu perusahaan publik dengan kinerja terbaik. "Dengan menggabungkan bisnis offline dan online, saya yakin tingkat pertumbuhan perusahaan ini akan lebih optimum," ujar Bambang.


Hide Ads