Jakarta -
Kondisi keuangan Garuda Indonesia masih belum sehat. Salah satu masalahnya adalah utang Garuda Indonesia saat ini mencapai US$ 9,75 miliar atau Rp 138,45 triliun (kurs Rp 14.200).
Sementara itu dalam catatan detikcom, aset Garuda Indonesia saat ini hanya US$ 6,92 miliar. Jauh lebih rendah dibandingnya total kewajibannya itu. Kondisi Garuda Indonesia semakin memprihatinkan.m, sebab Ekuitas atau modal Garuda tercatat minus US$ 2,8 miliar atau setara Rp 39,7 miliar.
Kondisi keuangan yang memprihatinkan ini mesti ditambah dengan kenyataan bahwa sektor penerbangan saat ini belum sepenuhnya mengalami pemulihan. Sumber pemasukan Garuda pun belum bisa menjanjikan keuntungan besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, Garuda Indonesia sendiri menolak untuk bangkrut. Sederet upaya dilakukan manajemen agar Garuda sebagai salah satu maskapai nasional dapat bertahan dan tetap terbang.
1. Memperjuangkan Penyelesaian Utang di PKPU
Saat ini perusahaan akan berjuang dengan proposal penyelesaian utang dengan para kreditur dalam PKPU. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra berharap kreditur menyetujui proposal penyelesaian utang yang ditawarkan oleh pihaknya.
"Kita akan fight (di PKPU). Semua kan nanti voting di PKPU, semua kreditur yang daftar di proses penyampaian proposal setuju apa nggak setuju. Kalau mayoritas setuju kita nggak akan pailit, kalau banyak yang nggak setuju ya kita pailit," ujar Irfan ketika ditemui di Kantor Transmedia, Jakarta Selatan, Kamis (23/12/2021).
Irfan pun menyatakan tidak ada sama sekali niatan dari pemegang saham termasuk pemerintah untuk mempailitkan Garuda.
"Tidak ada niatan sama sekali dari pemegang saham untuk mempailitkan perusahaan ini, tidak ada sama sekali," ungkap Irfan.
Lebih lanjut, Irfan menjelaskan kemungkinan akan ada investor baru yang masuk ke dalam Garuda. Namun semuanya masih dalam pembicaraan, belum ada keputusan yang diambil soal masuknya investor baru
Dia menjelaskan masalah investor baru akan ditentukan di tingkat pemegang saham. Menurutnya, manajemen tidak banyak ikut campur dalam keputusan soal investor baru.
"Kalau pun ada yang mau masuk tergantung pemegang saham sekarang mau nerima apa nggak? Itu diskusi di tatanan pemegang saham kami nggak ikut manajemen penentuannya," ungkap Irfan.
Lanjut di halaman berikutnya soal potong gaji hingga pangkas karyawan Garuda Indonesia.
2. Potong Gaji Sampai 50%
Karyawan Garuda Indonesia mengalami pemotongan gaji demi melakukan efisiensi keuangan. Seluruh level karyawan terkena kebijakan ini, bahkan direksi dan komisaris juga ikut dipotong gajinya.
Irfan mengatakan pemotongan dilakukan mulai dari 30-50%. Pemotongan dilakukan mulai dari level direksi, komisaris, hingga karyawan biasa.
"Kita lakukan aksi dengan beban biaya karyawan karena kita mau saling jaga. Teman-teman saya informasikan seluruh karyawan Garuda dipotong gajinya," ungkap Irfan.
Irfan menjelaskan dirinya sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia mengalami pemotongan gaji hingga 50%. "Semua, termasuk kami, direksi, saya tanda tangan. Komisaris juga. Kita dipotong 50% gajinya," ujar Irfan.
Dia memaparkan untuk gaji karyawan di atas Rp 28 juta mengalami pemangkasan 50%. Sementara itu, yang gajinya di bawah Rp 28 juta akan dipangkas 30%.
"Jadi mereka yang Rp 28 juta take home pay-nya, dipotong 50%. Di bawah itu 30%," kata Irfan.
3. Pangkas Jumlah Karyawan dan Pesawat
Garuda telah melakukan pengurangan pegawai, dari sebelumnya 7.891 pegawai menjadi sekitar 5.400 pegawai. Artinya, ada pengurangan sekitar 2.491 pegawai.
"Tahun 2020 dari mulai Januari sampai bulan November tahun ini kita sudah menurunkan jumlah pegawai sebesar 30,56% dari 7.891 pegawai menjadi 5.400-an pegawai," kata Irfan dalam acara Public Expose, Senin (20/12/2021).
Langkah tersebut membuat biaya yang dikeluarkan Garuda setiap bulannya mengalami penurunan. Irfan menuturkan, terjadi pengurangan biaya dari sebelumnya US$ 16 juta per bulan menjadi US$ 6 juta per bulan.
"Sementara dari cost ini ada penurunan di bulan Januari 2020 sebesar US$ 16 juta per bulan menjadi hanya US$ 6 juta per bulan di Oktober," sebut Irfan.
Jumlah pesawat Garuda pun terus berkurang. Lebih dari selusin pesawat maskapai pelat merah ini berkurang sejak bulan Juni hingga awal November lalu.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia yang dikutip Jumat (5/11/2021), manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) menyatakan jumlah armada pesawat terus berkurang karena adanya pengembalian pesawat kepada penyewa pesawat. Hal ini disebabkan Garuda tak mampu membayar uang sewa pesawat.
Dalam data tersebut di bulan November jumlah armada menyusut menjadi 125 pesawat. Rinciannya, 6 pesawat milik sendiri dan 119 pesawat sewa. Sementara itu, dalam catatan detikcom, total armada yang ada di bawah bendera Garuda Indonesia pada Juni lalu sebanyak 142 pesawat. Rinciannya, ada 6 pesawat milik sendiri dan 136 sisanya adalah pesawat sewa.
Dari jumlah tersebut, artinya selama Juni hingga November armada Garuda Indonesia telah menyusut lebih dari selusin, atau tepatnya sebanyak 17 pesawat.