Maskapai Banting Setir Jadi Perusahaan Batu Bara, Hary Tanoe: Rugi dari 2008

Maskapai Banting Setir Jadi Perusahaan Batu Bara, Hary Tanoe: Rugi dari 2008

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 10 Feb 2022 13:32 WIB
Hary Tanoesoedibjo
Hary Tanoesoedibjo/Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Lini bisnis maskapai MNC Group milik Hary Tanoesoedibjo, Indonesia Air Transport banting setir ke sektor pertambangan batu bara. Maskapai yang memiliki nama PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk itu telah resmi berganti nama menjadi PT MNC Energy Investments Tbk.

Perusahaan itu terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dan meski berubah nama kode sahamnya tetap bernama IATA. Apa alasan Hary Tanoesoedibjo banting setir bisnis maskapai jadi pertambangan?

Dia menyampaikan Indonesia Air Transport selama ini mengalami kerugian yang terus-menerus. Hary Tanoe menyebut kerugian perusahaan saat menjalani bisnis penerbangan telah terjadi sejak 2008. Sebagai perusahaan terbuka pun, Hary Tanoe ingin agar perusahaannya memberikan yang terbaik buat investor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"IATA sebagai maskapai ini rugi dari 2008, konsisten sampai 2021. Nah mudah-mudahan di 2022 ini berubah IATA jadi perusahaan solid, besar, dan profitable dengan perubahan bisnis yang dilakukan," kata Hary Tanoe dalam konferensi pers yang disiarkan virtual, Kamis (10/2/2022).

"Apalagi kan kami ini perusahaan Tbk, kami mau berikan yang terbaik untuk pemegang saham," tegasnya.

ADVERTISEMENT

Dia juga mengatakan bisnis penerbangan Indonesia saat ini makin berat. Terlebih lagi dengan adanya pandemi COVID-19 membuat penumpang pesawat berkurang sangat pesat.

"Air transport itu secara umum bisnisnya memang susah, belum COVID-19 saja sudah nggak gampang. Ditambah COVID-19 makin sedikit penumpangnya. Tiap tahun rugi dari 2008," kata Hary Tanoe.

Lihat juga video 'Proyek Hilirisasi Batu Bara Ditargetkan Rampung dalam 30 Bulan':

[Gambas:Video 20detik]



Hary Tanoe sebut sektor pertambangan lagi bagus. Cek halaman berikutnya.

Sektor Pertambangan Sedang Berkembang

Di sisi lain, menurutnya sektor pertambangan sedang berkembang dengan sangat bagus saat ini. Komoditas batu bara pun dinilai olehnya sedang berada di masa keemasan. Bisnis pertambangan batu bara sedang naik daun karena tingginya harga komoditas batu bara. Maka dari itu perusahaan langsung mengambil kesempatan itu.

"Batu bara ini, mulai tahun lalu khususnya semester II dan sampai hari ini sedang memasuki masa emasnya, harganya lagi bagus sekali. Semua grade itu luar biasa peningkatan, dan marginnya sangat besar. Permintaan ekspor juga besar," papar Hary Tanoe.

"Maka kami putuskan cepat mengubah arah bisnis IATA dari air transport jadi perusahaan baru bara," ujarnya.

Secara lengkap, IATA banting setir ke bisnis pertambangan dengan mengakuisisi 99,33% saham PT Bhakti Coal Resources (BCR), perusahaan batu bara dari PT MNC Investama Tbk (BHIT).

BCR merupakan perusahaan induk dari sembilan perusahaan batubara dengan Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Dari sembilan perusahaan itu, sudah ada dua perusahaan yang memproduksi batu bara.

"Di tahun 2021 dari dua perusahaan ini produksi 2,5 juta MT batu bara dan pendapatannya hampir Rp 1,1 triliun jadi besar sekali," kata Hary Tanoe.

Kemudian, meskipun perusahaan berganti nama dan mengubah bisnis utamanya, lini bisnis aviasi IATA tak serta merta ditinggalkan. Hary Tanoe menegaskan, bisnis penerbangan itu akan dijadikan anak usaha.

Bila awalnya bisnis aviasi yang utama, kini hanya sampingan. "Bisnis penerbangan yang dimiliki IATA akan dipertahankan, jadi anak usaha MNC Energy Investments, tapi tidak dibesarkan," katanya.

(hal/ara)

Hide Ads