Kacau! Gara-gara Perang Rusia-Ukraina, Warga AS Takut Investasi

Kacau! Gara-gara Perang Rusia-Ukraina, Warga AS Takut Investasi

Anisa Indraini - detikFinance
Jumat, 18 Mar 2022 09:45 WIB
FRANKFURT AM MAIN, GERMANY - FEBRUARY 10: An Index board is pictured during a trading session at the Frankfurt Stock Exchange on February 10, 2011 in Frankfurt am Main, Germany. According to media reports Deutsche Boerse, which owns the Frankfurt exchange, is in talks to buy NYSE Euronext, which owns the New York Stock Exchange as well as exchanges in Paris, Lisbon, Amsterdam and Brussels. Should the acquisition go through the new company would be home to publicly traded companies worth USD 15 trillion, or about 28 percent of global stock-market value. (Photo by Ralph Orlowski/Getty Images)
Foto: Getty Images/Ralph Orlowski
Jakarta -

Perang Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung menurunkan prospek keuangan Amerika Serikat (AS). Berdasarkan survei dari MassMutual, hal ini memicu keinginan masyarakatnya untuk lebih banyak menabung dan menunda investasi.

Dua pertiga warga AS khawatir konflik Rusia-Ukraina akan merugikan keuangan mereka. Berdasarkan survei itu, hampir setengahnya ingin lebih banyak menabung dalam bentuk uang dan 42% menunda investasi.

"Untuk tahun yang dimulai dengan harapan dan optimisme seperti itu, banyak yang sangat prihatin dengan ekonomi AS," kata Kepala Operasi Asuransi MassMutual, Amanda Wallace dikutip dari CNBC, Jumat (18/3/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Situasi ini menjadi periode yang bergejolak bagi pasar saham karena investor menanggapi berita tentang perang Rusia-Ukraina, kenaikan suku bunga dan inflasi yang melonjak.

Perencana Keuangan Dennis Morton menilai keragu-raguan berinvestasi sebagai hal biasa. "Terkadang bahasanya adalah hanya akan menunggu sampai semuanya tenang," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, menghentikan investasi selama gejolak pasar disebut bisa merugikan karena melewatkan peluang untuk menempatkan uang bekerja dengan harga lebih rendah. Di situ seringkali kehilangan pemulihan.

Sejak tahun 1930, melewatkan 10 hari dengan kinerja terbaik Indeks S&P 500 setiap dekade menghasilkan total pengembalian 28%. Menurut temuan perusahaan, tetap berinvestasi mungkin bisa menghasilkan pengembalian 17,715%.

"Ketika membuat rencana keuangan, kami mengasumsikan tingkat pengembalian tertentu selama periode waktu tertentu. Ketika melewatkan beberapa hari, minggu, atau bulan dapat mengubah tingkat pengembalian itu dan benar-benar membahayakan rencana tersebut," kata Morton.

CFP dan Penasihat Mitra di AdvicePeriod, Jim Shagawat menyarankan agar investasi sebaiknya terus-menerus dilakukan. Terlepas dari kondisi pasar sedang naik atau turun.

"Apakah pasar naik atau turun, saran saya investasi tetap konstan. Berinvestasi untuk masa pensiun berarti strategi jangka panjang terlepas dari kondisi pasar saat ini," imbuhnya.

"Mari temukan alokasi (aset) yang dapat Anda pertahankan," kata Morton menambahkan. Hal ini menjelaskan pentingnya mengetahui risiko dan merancang portofolio yang sesuai.

(dna/dna)

Hide Ads