Pasar Saham AS 'Kebakaran', Anjlok ke Level Terendah

Pasar Saham AS 'Kebakaran', Anjlok ke Level Terendah

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Rabu, 27 Apr 2022 08:49 WIB
FILE - A Wall Street sign is seen next to surveillance equipment outside the New York Stock Exchange, Tuesday, Oct. 5, 2021, in New York.  Stocks are edging higher in early trading on Wall Street Tuesday, Oct. 12,  as traders wait for more data on inflation and corporate earnings this week.    (AP Photo/Mary Altaffer)
Foto: AP/Mary Altaffer
Jakarta -

Indeks saham Amerika Serikat (AS) tercatat mengalami penurunan pada perdagangan Selasa waktu setempat. Hal ini disebabkan ramainya aksi jual karena ekspektasi pasar khawatir dengan perlambatan ekonomi negara tersebut.

Dikutip dari CNBC disebutkan Nasdaq Composite untuk saham teknologi turun 3,95% dan menyentuh level terendah menjadi 12.490,74.Kemudian Dow Jones Industrial Average turun 809,28 poin atau 2,4% menjadi 33.240,18, sedangkan S&P 500 turun 2,8% menjadi 4.175,20.

Memang saham teknologi kompak turun karena investor khawatir dengan kinerja kuartal I sejumlah perusahaan seperti Microsoft dan Alphabet.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Founder Satori Fund sekaligus Manajer Portofolio Dan Niles menjelaskan saham Microsoft dan induk Google ini turun lebih dari 3% menjelang paparan kinerja keuangan. Tak cuma itu, Meta, Amazon dan Apple juga mengalami penurunan menjelang paparan kinerja akhir pekan ini.

Selanjutnya saham Netflix anjlok hingga 5,5% setelah mereka menyampaikan laporan jumlah pelanggan yang merosot pada kuartal I 2022.

ADVERTISEMENT

Analis Wolfe Research Chris Senyek dalam sebuah laporan menyampaikan kekuatan saham Big Tech dalam beberapa tahun terakhir berpotensi 'meledak' ketika fundamental perekonomian memburuk atau melambat.

Apalagi saat ini investor khawatir dengan adanya lonjakan kasus COVID-19 di China. Kondisi perang Rusia dan Ukraina yang menimbulkan ancaman perang nuklir sampai tingginya inflasi AS yang berpotensi menurunkan daya beli masyarakat.

Head of Investment Bleakley Advisory Group Peter Boockvar mengungkapkan saat ini memang pasar khawatir dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat.

Apalagi China merupakan salah satu pelanggan besar untuk teknologi AS. Kemudian industri semikonduktor juga memiliki banyak usaha di negara tersebut. Sementara itu Tesla memiliki pabrik di Shanghai dan menganggap China sebagai pasar utama untuk kendaraan listriknya.




(kil/das)

Hide Ads