Kemarin, nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap euro tercatat setara. Dari data perdagangan RTI (12/7) US$ 1 setara dengan 1,0014 euro. Kondisi ini baru terjadi selama 20 tahun terakhir.
Direktur CELIOS Bhima Yudhistira Adhinegara mengungkapkan jika kondisi ini memang terjadi antara dolar AS dengan mata uang lainnya.
"Dolar AS sedang menggila, kemarin euro dan dolar AS nilainya sama. Karena di seluruh dunia semua sedang berburu dolar AS," kata dia saat dihubungi, Rabu (13/7/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyebut penguatan ini terlihat dari dolar index yang sempat menyentuh 108 dan merupakan level tertinggi.
Kepala Ekonom PermataBank Josua Pardede menjelaskan pengaruh dari paritas nilai tukar dolar AS dan euro cenderung kurang signifikan terhadap pergerakan nilai tukar lainnya.
Dia menjelaskan melemahnya euro sendiri dipengaruhi oleh potensi resesi di zona Eropa, terutama dikarenakan krisis energi, seiring dengan perang Rusia-Ukraina yang berlanjut.
"Pelemahan euro kemudian berdampak pada penurunan euro dan rupiah di pasar keuangan. Di jangka menengah, hal ini berpotensi menurunkan kinerja ekspor Indonesia, mengingat ekspor Indonesia menjadi secara relatif lebih mahal," ujar dia.
Tapi secara umum khususnya masyarakat awam pada dasarnya tidak perlu khawatir terhadap pelemahan nilai tukar rupiah terutama bagi masyarakat yang penghasilan dan pengeluarannya dalam rupiah karena tidak memiliki dampak yang signifikan.
Lebih lanjut, masyarakat yang mengonsumsi barang-barang produk lokal pun juga tidak akan terpengaruh.
Adapun konsumen yang mengonsumsi barang-barang impor (yang sering dikategorikan sebagai barang-barang mewah) diperkirakan akan cukup berdampak bagi masyarakat yang cenderung kelas menengah ke atas.
Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan bagi masyarakat pada umumnya terhadap pelemahan rupiah. Sementara dari sisi lapangan usaha yang memiliki komponen impor yang tinggi sementara penjualannya dalam denominasi rupiah diperkirakan akan berdampak dari pelemahan nilai tukar rupiah.
"Beberapa sektor domestik yang memiliki komponen impor yang tinggi antara lain industri tepung gandum, perhiasan, pesawat terbang dan jasa perbaikannya, barang-barang elektronik," jelasnya.
(kil/ang)