Manajemen PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) membeberkan sejumlah inovasi dan strategi bisnis serta langkah efisiensi. GoTo berupaya mempercepat jalan perusahaan menuju profit seiring dengan kinerja kuartal III-2022 yang di atas ekspektasi analis.
Strategi ini disampaikan induk Gojek, Tokopedia, dan GoTo Financial (GTF) ini kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui dokumen, sebagai penjelasan kepada investor publik dalam rangka gelaran Paparan Publik Insidentil (Incidental Public Expose) yang akan digelar Kamis (8/12) di Jakarta, pukul 14.00-15.30 WIB.
Manajemen GoTo menjelaskan perusahaan mencatatkan pertumbuhan bisnis yang berkualitas melalui inovasi produk dan fokus pada konsumen setia. Selain itu, perseroan juga mendorong efisiensi secara menyeluruh untuk operasional bisnis yang lebih optimal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"GoTo terus melanjutkan rasionalisasi insentif dan lebih efisien dalam pemasaran produk. Upaya efisiensi yang telah dan terus dilakukan melalui 130 inisiatif optimalisasi beban lintas fungsi," tulis manajemen GoTo dalam dokumen yang dikutip dari BEI, Rabu (7/12/2022).
Secara kinerja bisnis 3 bulan hingga September 2022 (Q3-2022), nilai transaksi bruto (gross transaction value/GTV) GoTo naik 33% menjadi Rp 161 triliun dari periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy), dengan pendapatan bruto juga naik 30% menjadi Rp 5,9 triliun.
Total selama 9 bulan tahun ini, GTV GoTo menembus Rp 451,47 triliun dari periode yang sama tahun tahun lalu Rp 324,94 triliu (proforma atau naik 38,94%. Adapun pendapatan kotor juga naik 42,01% menjadi Rp 16,63 triliun dari sebelumnya Rp 11,71 triliun (proforma).
Tiga lini utama bisnis GoTo yakni Gojek, Tokopedia, dan GTF juga membukukan kinerja positif di Q3-2022. Layanan on-demand via Gojek mencatatkan GTV sebesar Rp 15,7 triliun naik 24% yoy, sementara pendapatan bruto Gojek Rp 3,5 triliun, naik 31% yoy. Nilai GTV dari layanan e-commerce lewat Tokopedia naik 15% yoy menjadi Rp 69,9 triliun, dan pendapatan bruto juga tumbuh 27% yoy menjadi Rp 2,2 triliun.
Sementara itu, GTV dari lini teknologi keuangan atau financial technology (fintech) melalui GTF (termasuk di dalamnya Gopay) mencapai Rp 97,1 triliun, melesat 78% yoy, dan pendapatan bruto nik 48% yoy menjadi Rp 400 miliar.
Secara umum pertumbuhan bisnis fintech ini sudah diestimasi oleh sejumlah analis, salah satunya riset PT Macquarie Sekuritas Indonesia di September lalu. Sekuritas asal Australia ini memproyeksikan lini bisnis fintech melalui GTF akan bertumbuh seiring dengan tingginya frekuensi penggunaan dan penetrasi layanan beli sekarang bayar nanti alias buy now pay later (BNPL).
"Kami mengharapkan pertumbuhan yang kuat untuk lini bisnis fintech, mengingat frekuensi penggunaan dan penetrasi BNPL yang lebih tinggi," kata Ari Jahja dan Akshay Sugandi, analis Macquarie, dalam risetnya.
Bersambung ke halaman selanjutnya. Langsung klik
Lihat juga Video: Badai Resesi Picu PHK Massal, Begini Tanggapan Warga