Pada Agustus, rupiah mulai menguat di angka Rp 14.875, tapi tak lama karena pada bulan berikutnya rupiah menembus level Rp 15.000. Analis DCFX Futures, Lukman Leong membeberkan kenaikan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve menjadi biang kerok menguatnya dolar AS.
"Meningkatnya ekspektasi pada kebijakan kenaikan suku bunga the Fed semakin menguatkan dolar AS selama sepekan ini. Dengan imbal hasil obligasi 2 tahun AS mencapai 4,3%," papar Lukman kepada detikcom, Senin (26/9/2022) lalu.
Selain membuat dolar AS lebih menarik, Lukman menilai kebijakan agresif dari the Fed AS juga meningkatkan kekhawatiran resesi yang menyebabkan investor melepas aset dan mata uang beresiko dan memburu dolar AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Skenario buruknya, menurut Lukman, apabila BI tidak merespons dengan kenaikan suku bunga yang agresif serta intervensi, maka jangka pendek nilai tukar dolar AS akan terus menguat terhadap rupiah di level Rp 15.300-15.500. Sementara itu, untuk jangka menengah hingga akhir tahun akan berada di Ro 15.800-16.000.
Di sisi lain, Ekonom Permata Bank Josua Pardede juga mengamini penguatan dolar AS karena kenaikan suku bunga The Fed. Bukan cuma terhadap rupiah, dolar AS akan terus menguat terhadap berbagai mata uang dunia lainnya.
"Penguatan dolar AS terhadap mata uang dunia, termasuk rupiah dipengaruhi oleh sentimen arah suku bunga Fed yang diperkirakan hingga akhir tahun ini akan menaikkan suku bunga hingga 4,25-4,5%," papar Josua kepada detikcom.
Selain itu, penguatan dolar AS juga dipengaruhi oleh pelemahan mata uang poundsterling Inggris yang cukup signifikan. Hal ini terjadi pascaindikasi stimulus dari pemerintah Inggris berdampak langsung pada peningkatan inflasi Inggris.
"Merespons pelemahan tajam Sterling, BoE (Bank of England/Bank Sentral Inggris) juga melakukan intervensi untuk membatasi pelemahan lebih lanjut," lanjut Josua.
Josua menilai tekanan terhadap mata uang Asia, termasuk rupiah cenderung terbatas dan sementara saja. Mengingat pelaku pasar akan tetap mencermati perkembangan inflasi AS terbaru yang dirilis pada pertengahan Oktober.
"Diperkirakan inflasi akan cenderung melandai mempertimbangkan harga minyak mentah global yang saat ini juga dalam tren penurunan," kata Josua.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tetap mengalami pelemahan. Per Oktober, nilai tukar rupiah menyentuh Rp 15.616 dan pada November menembus Rp 15.742.
Hingga Desember ini, nilai tukar rupiah masih di atas Rp 15.000. Nilai tukar dolar AS terhadap rupiah per Senin (26/12) berada di level Rp 15.583.
(ara/ara)