Anwar Ibrahim Ingatkan Jangan Terlalu Tergantung Dolar

Anwar Ibrahim Ingatkan Jangan Terlalu Tergantung Dolar

Aulia Damayanti - detikFinance
Senin, 09 Jan 2023 21:45 WIB
Anwar Ibrahim datang ke CT Corp Leadership Forum
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim/Foto: Chelsea Olivia Daffa
Jakarta -

Perdana Menteri (PM) Malaysia Dato' Seri Anwar Ibrahim megingatkan Indonesia dan Malaysia tidak boleh terus bergantung dengan dolar Amerika Serikat (AS). Namun, di sisi lain menurutnya sulit juga untuk melepas ketergantungan tersebut.

Pernyataan itu muncul saat dirinya ditanya oleh Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (AM) Jenderal TNI (Purn) Abdullah Makhmud Hendropriyono yang menyoroti China yang memperkuat Petro Yuan dan berupaya untuk lepas dari dolar AS.

Anwar Ibrahim menyatakan setuju dengan pendapat China kalau suatu negara tidak boleh hanya bergantung pada dolar Amerika Serikat (AS), apalagi kondisi ekonomi AS sedang tidak stabil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya setuju, kita tidak boleh hanya bergantung pada dolar. Dia mesti basket of currency. Ada periode lead 90's yen meningkat. Sekarang yuan meningkat. Jadi kalau kira mau terus melepaskan dolar itupun berisiko juga," ujar Anwar,dalam acara CT Corp LeadershipForum di Gedung Bank Mega, Jakarta Selatan, Senin (09/01/2022).

Kemudian ada juga pertanyaan apakah ada rencana untuk menyatukan mata uang Indonesia dan Malaysia. Menjawab itu, Anwar menyebut ia belum punya rencana untuk membuat konsep 'menyatukan' mata uang Indonesia-Malaysia demi memperkuat ekonomi.

ADVERTISEMENT

"Common currency (mata uang bersama) ini memang jauh sedikit. Kalau EU pada masa itu terlalu panjang ke Euro, tapi saya tidak pikir ke arah itu (membuat common currency. Tapi, yang paling criticalnya apa? Ya kerja sama yang benar-benar erat, a common concerted-effect, satu strategi bersama," jawab Anwar.

Menurutnya, suatu negara tidak serta merta negara bisa terlepas sepenuhnya dari dolar AS karena masih ada resiko besar yang menanti. Ia mengatakan lebih baik menerapkan basket of currency, atau menggunakan lebih dari satu mata uang.

"Saya bukan expertise dalam hal ini, itu urusan banker. Tetapi bagi saya kita harus mengambil kira pandangan mereka dan sejauh mana dalam past of currency ini untuk kita gunakan yuan, yen, dolar umpamanya atau dolar. Ini yang disebut past of currency dan tidak totally dependen the dolar," sambungnya.

Anwar menjelaskan langkah ini merupakan salah satu strategi yang tepat, apalagi melihat kondisi ekonomi AS yang tidak sebugar dulu, serta kondisi China yang juga tengah menghadapi serangkaian tantangan.

Selain itu, hal tersebut juga sangat penting untuk memperkuat hubungan RI-Malaysia melalui serangkaian kolaborasi. Beberapa di antaranya lewat sektor kelapa sawit dan renewable energy atau energi terbarukan.

"Kita, terutama malaysia sebagai negara kecil, harus pastikan hubungan kita pertama bersama Indonesia atau ASEAN kompak kuat, tetapi hubungan kita dengan barat dan China harus baik. As a trading nation," kata Anwar.

(ada/hns)

Hide Ads