Akhir 2022 GOTO Masih Rugi Rp 40,4 Triliun!

Akhir 2022 GOTO Masih Rugi Rp 40,4 Triliun!

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Senin, 20 Mar 2023 17:21 WIB
Logo GoTo
GOTO/Foto: Shutterstock
Jakarta -

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk telah merilis paparan kinerja indikatif untuk tahun 2022. Hasilnya, GOTO mencatatkan rugi bersih Rp 40,4 triliun. Meski demikian, angka rugi bersih tersebut tidak bisa ditelan begitu saja sebagai penurunan kinerja GOTO maupun sebagai bentuk inefisiensi. Pasalnya, kinerja GOTO tumbuh positif dan bahkan kerugian di adjusted EBITDA malah menurun.

Pertumbuhan kinerja GOTO tercermin pada lonjakan gross transaction value (GTV), baik secara konsolidasi maupun di setiap lini usaha. Peningkatan GTV sebesar 33% menjadi Rp613 triliun menghasilkan kenaikan pendapatan bruto sebesar 35% menjadi Rp 22,93 triliun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengapa pertumbuhan pendapatan malah menghasilkan kenaikan rugi bersih? Berikut ini 4 fakta terkait dengan kinerja keuangan GOTO di 2022.

1. Kerugian akibat penurunan nilai goodwill

Dalam laporan keuangan GOTO disebutkan kerugian akibat penurunan nilai goodwill sebanyak Rp 11 triliun. Beban ini tidak muncul dalam kinerja GOTO pada 2021 lalu dan baru muncul pada kinerja 2022.

ADVERTISEMENT

Nilai goodwill yang dibukukan GOTO merupakan hasil dari bergabungnya Gojek dan Tokopedia pada 2021. Hasil dari penggabungan tersebut menghasilkan selisih angka yang mencerminkan nilai wajar dan nilai pasar perusahaan pada saat itu.

Dua tahun lalu, industri teknologi tengah menikmati puncak kejayaannya. Valuasi perusahaan meningkat pesat sejalan dengan ekspektasi investor terhadap prospek bisnis masa depan. Kondisi ini berbalik arah ketika inflasi tinggi dan bank sentral menaikkan suku bunga acuan secara agresif. Di era tech winter, valuasi perusahaan teknologi ikut turun yang berdampak pada perubahan nilai goodwill.

Penurunan nilai goodwill juga menimpa perusahaan teknologi lain yang melakukan akuisisi. Misalnya, SEA Limited, induk dari Shopee dan Garena, mencatatkan nilai goodwill sebesar US$540 juta pada 2021 dan turun menjadi US$230 juta pada 2023. Dengan demikian kerugian goodwill SEA pada 2022 sebesar US$354,9 juta.

Menurut CEO SW Indonesia, Michell Suharli, pengujian penurunan nilai terhadap goodwill merupakan hal yang harus dilakukan dan menjadi bagian dari penyajian laporan keuangan yang relevan dan merepresentasikan perusahaan secara transparan. Standar akuntansi juga sudah mengatur bahwa perusahaan harus melakukan pengujian penurunan nilai goodwill, sekurang-kurangnya setahun sekali.

"Yang mesti diingat, penurunan nilai goodwill tidak berkaitan langsung atau berbanding lurus dengan kondisi operasional perusahaan. Penurunan nilai goodwill itu hanya tentang pencatatan akuntansi. Perusahaan membukukan rugi penurunan nilai goodwill karena kondisi pasar yang memburuk, padahal mungkin saja pada saat bersamaan, bisnis tumbuh dengan luar biasa baik," katanya.

2. Adjusted EBITDA tumbuh positif

GOTO mencatat adjusted EBITDA atau EBITDA yang disesuaikan sebesar minus Rp3,21 triliun pada kuartal IV-2022. Adjusted EBIDTA meningkat 52% menjadi minus Rp 3,2 triliun dari sebelumnya minus Rp 6,5 triliun.

EBITDA merupakan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi. Yang membedakan dengan EBITDA konvensional, di dalam adjusted EBITDA mengecualikan berbagai beban dan pendapatan non-kas dan sewaktu (one-off).

Bila dirunut tiap kuartal, adjusted EBITDA GOTO terus membaik hingga mencapai minus Rp3,1 triliun pada akhir tahun 2022.

Adjusted EBITDA dari GOTO menjadi sorotan dari investor dan analis pasar modal setelah manajemen menargetkan mencapai adjusted EBITDA positif pada Kuartal IV-2023.

Beberapa riset sekuritas meyakini bahwa GOTO bisa mencapai adjusted EBITDA positif sesuai dengan target dari manajemen.

"Kami sekarang mengharapkan GOTO menghasilkan EBITDA yang disesuaikan positif pada kuartal IV-2023 (dari sebelumnya kuartal I-2025), sejalan dengan pedoman terbaru," tulis Analis Mandiri Sekuritas Adrian Joezer dan Ryan Aristo dalam riset yang dipublikasi Kamis (2/3/2022).

3. Pendapatan tumbuh signifikan

GOTO mencatatkan nilai transaksi bruto atau gross transaction value sebesar Rp 613 triliun pada 2022 atau tumbuh 33% secara yoy. Dari GTV tersebut, GOTO meraih pendapatan bruto sebesar Rp22,9 triliun atau tumbuh 35% secara yoy.

Setelah dikurangi beban promosi kepada pelanggan, pendapatan bersih GOTO mencapai Rp11,3 triliun, meningkat 120% secara yoy.

Berikutnya, pendapatan bersih tersebut dikurangi beban pokok pendapatan serta beban penjualan dan pemasaran menghasilkan margin kontribusi sebesar minus Rp6,33 triliun, 28% lebih baik dibandingkan setahun sebelumnya yang tercatat minus Rp8,879 triliun.

Minus dari margin kontribusi terendah terjadi pada kuartal IV-2022 dengan nilai hanya minus Rp600 miliar atau Rp0,6 triliun. Dengan demikian GOTO semakin mendekati margin kontribusi positif yang ditargetkan tercapai pada kuartal I-2023.

4. Ekosistem GOTO

Dari situs resmi GOTO terungkap bahwa startup terbesar di Indonesia telah memiliki 2,67 juta mitra pengemudi, 15,1 juta mitra pedagang, dan 64 juta pengguna bertransaksi tahunan.

Ekosistem GOTO juga menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat yang tercermin dari 2,7 miliar pesanan sepanjang 2022 atau rata-rata 7,5 juta pesanan setiap harinya. Nilai transaksi bruto per harinya mencapai Rp1,6 triliun.

Dengan skala ekonomi tersebut, maka tidak heran GOTO sangat berperan dalam menggerakkan ekonomi riil saat ini. Mulai dari transportasi, kuliner, e-commerce, layanan logistik, hingga transaksi keuangan.




(kil/ara)

Hide Ads