Gubernur BI Beberkan Penyebab Rupiah Keok Lawan Dolar AS

Gubernur BI Beberkan Penyebab Rupiah Keok Lawan Dolar AS

Anisa Indraini - detikFinance
Jumat, 22 Sep 2023 08:30 WIB
Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan lagi suku bunga acuannya. Kini BI 7 Days Repo Rate turun jadi 5,5%.
Gubernur BI Perry Warjiyo/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo merespons situasi mata uang rupiah yang belakangan melemah terhadap dolar AS. Hal ini akibat adanya tekanan eksternal khususnya di AS.

"Peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global menyebabkan nilai tukar rupiah pada September 2023 (sampai 20 September 2023) secara point-to-point melemah sebesar 0,98% dibandingkan dengan level akhir Agustus 2023," kata Perry dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur, Kamis (21/9/2023).

Perry mengatakan penyebab utama pelemahan rupiah adalah ketidakpastian pasar keuangan global yang dipicu oleh arah kebijakan suku bunga acuan AS. Apalagi Bank Sentral AS Federal Reverse (The Fed) diproyeksi menaikkan suku bunga acuan satu kali lagi sampai akhir tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Artinya memang ya itu ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat, Fed Fund Rate yang naik November, sementara inflasinya turun lambat banget. Nah itu yang membuat dolar sangat kuat," jelasnya.

Mengutip data RTI, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah pada Kamis (21/9) menguat 35 poin atau naik 0,23% ke level Rp 15.407. Dolar AS berada di level tertingginya pada Rp 15.409 dan terendahnya Rp 15.320.

ADVERTISEMENT

Meski begitu, Perry menyebut dari awal tahun atau year to date (ytd), rupiah masih menguat 1,22%. Rupiah disebut masih lebih baik dibandingkan dengan mata uang India, Filipina, dan Thailand yang masing-masing terdepresiasi dalam yakni 0,42%, 1,92%, dan 4,03%.

"Ke depan BI perkirakan stabilitas rupiah tetap terjaga sejalan dengan persepsi investor ke prospek perekonomian Indonesia, inflasi rendah dan imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik," tegas Perry.

BI mengaku akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah melalui intervensi di pasar valas, meningkatkan efektivitas implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA), melanjutkan penerbitan SRBI, serta mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75%.

"Fokusnya menstabilkan nilai tukar rupiah. Bagaimana menstabilkan nilai tukar rupiah? Suku bunganya stay, kita melakukan intervensi, dan inovasi dalam bagaimana kami melakukan operasi moneter," pungkasnya.

(aid/ara)

Hide Ads