Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona merah pada pembukaan perdagangan pagi ini. IHSG sedikit melemah di level 7.000-an.
Dikutip dari data RTI, Selasa (4/2/2025), pada pukul 09.05, IHSG berada di level 7.064,45 mengalami koreksi tipis 0,13% atau sekitar 9 poin. Sementara saat pembukaan, IHSG ada di level 7.073,45. IHSG berada pada posisi tertinggi pagi ini di level 7.080,16 dan level terendah 7.052,48.
Volume transaksi tercatat 2,24 miliar dengan nilai transaksi atau turnover mencapai Rp 895,6 miliar. Kemudian frekuensi perdagangan mencapai 86.945 kali.Sebanyak 188 saham menguat, 129 saham melemah, sementara 220 saham stagnan.
Riset Pasar
Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih dalam risetnya menjelaskan pada perdagangan kemarin, Selasa (4/2) IHSG ditutup naik +0,62% atau +43,40 poin ke level 7.073. IHSG hari ini (5/2) diprediksi bergerak menguat terbatas dalam range 7.000-7.120.
"Sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG hari ini antara lain, dari dalam negeri, IHSG rebound setelah terkoreksi dalam di awal pekan. Pelaku pasar merespon positif penundaan kenaikan tarif impor oleh presiden Trump ke Meksiko dan Kanada. Keputusan tersebut membawa rupiah JISDOR terapresiasi +0,53% ke level Rp 16.365 per dolar AS (4/2/2025)," tulisnya.
Di sisi lain, Kementerian Investasi atau BKPM melaporkan realisasi investasi tahun 2024 mencapai Rp1.714,2 triliun. Realisasi tersebut tumbuh 20,8% yoy, serta melebihi target sebesar Rp1.650 triliun. Rinciannya, Penanaman Modal Asing (PMA) berkontribusi paling besar, yaitu 52,5% atau Rp900,2 triliun, sedangkan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar 47,5% atau Rp814,0 triliun.
Dari Mancanegara, indeks utama Wall Street menguat terbatas dalam momentum rilis kinerja keuangan emiten. Selain itu, indeks PMI manufaktur Amerika Serikat (AS) pada Januari 2025 berada di level ekspansif sebesar 51,2 atau lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat di level kontraksi sebesar 49,4. Jumlah output produksi meningkat meskipun porsi ekspor terus mengalami penurunan.
"Turunnya performa ekspor senada dengan lonjakan Indeks Dollar AS (DXY) sejak September 2024. Sementara, ketidakpastian ekonomi global berupa kenaikan tarif impor oleh AS memberikan dampak pada reli-nya harga emas ke level All Time High (ATH) di atas US$ 2.800 per oz," lanjutjya.
(hal/ara)