Dalam era digital yang terus berkembang, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI telah melakukan transformasi digital yang signifikan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan kepada nasabah. Transformasi ini sejalan dengan implementasi program Environment, Social, dan Governance (ESG) yang komprehensif untuk memastikan kegiatan bisnisnya tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun detikcom, akselerasi digital BNI ditandai dengan peluncuran aplikasi wondr by BNI pada 5 Juli 2024. Kemudian perseroan berencana mengalihkan seluruh layanan digital dari BNI Mobile Banking ke wondr by BNI secara bertahap mulai 17 Juli. Aplikasi wondr by BNI ditujukan untuk membantu nasabah dalam mengelola keuangan dan memenuhi kebutuhan finansial secara lebih terencana.
Aplikasi wondr by BNI merupakan platform mobile banking generasi terbaru dengan kapabilitas yang lebih baik dan teknologi terbaru dengan standar global. Platform ini memuat layanan transfer, tarik tunai tanpa kartu, pembayaran tagihan, kartu kredit hingga investasi. Untuk fitur transaksi misalnya, wondr by BNI mampu mendukung kebutuhan keuangan secara real-time untuk nasabah.
Fitur transaksi memuat layanan transfer domestik dan luar negeri, pembayaran tagihan, dan pengaturan jadwal transfer yang semuanya dapat dilakukan hanya dalam langkah sederhana, memudahkan nasabah dalam pengelolaan transaksi harian.
Baca juga: Mengenal Sejarah BNI, Bank Pertama Milik RI |
Digitalisasi Topang Kinerja BNI
Mengutip laporan BNI, pengguna wondr by BNI hingga kuartal I-2025 menyentuh 6,8 juta dengan transaksi 218 juta senilai Rp 212 triliun. BNI mencatat peningkatan jumlah transaksi di seluruh kanal mobile banking sebesar 57,5% yoy dengan nilai transaksi yang tumbuh 31,1% sepanjang kuartal I 2025. Capaian ini diperoleh berkat transformasi digital perseroan melalui wondr by BNI yang inovatif dan relevan.
Selain meningkatkan layanan digital perorangan, BNI juga menyediakan digital banking untuk nasabah non-perorangan, baik instansi maupun perusahaan, melalui BNIdirect. Sejak pertama kali diperkenalkan pada 9 Oktober 2024, BNIdirect telah mencatatkan pertumbuhan transaksi sebesar 33,2% yoy atau sebesar Rp 2.374 triliun. Angka tersebut naik signifikan sebesar 16,4% yoy menjadi 337 juta transaksi.
Direktur Finance & Strategy BNI, Hussein Paolo Kartadjoemena, sebelumnya sempat mengatakan transformasi digital BNI berhasil mendorong perolehan dana pihak ketiga (DPK) dan Current Account Saving Account (CASA). "Keberhasilan digitalisasi dengan hadirnya aplikasi wondr by BNI dan BNIdirect telah berkontribusi terhadap peningkatan CASA," ungkapnya dalam keterangan tertulis, Senin (28/4/2025).
Jika ditinjau dari laporan keuangan BNI, hingga Mei 2025 perseroan mencatatkan BNI juga mencatat rasio pinjaman terhadap DPK atau Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 94,5% hingga Mei. Sementara untuk Return on Equity (ROE), tercatat di level 12,8% dengan rasio kredit macet (Non-Performing Loan/NPL) sebesar 2%.
Selain itu, hingga Mei 2025 BNI juga mencatat DPK sebesar Rp 799 triliun dengan rasio giro dan tabungan terhadap DPK (CASA) pada level 71,7%, serta rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) 20,8%. Penyaluran kredit BNI juga tercatat sebesar Rp 755,44 triliun hingga Mei 2025.
Angka tersebut tumbuh jika dibandingkan periode yang sama di tahun 2024, yakni sebesar Rp 708,89 triliun. Pada periode tersebut, total aset perseroan juga tercatat tumbuh menjadi Rp 1.091,5 triliun dari Rp 1.039,5 triliun di periode yang sama periode sebelumnya.
BNI juga membukukan pendapatan bunga bersih sebesar Rp 15,73 triliun dengan komposisi pendapatan bunga Rp 26,97 triliun dan beban bunga Rp 11,23 triliun. Sementara, laba tahun berjalan BNI tercatat sebesar Rp 8,5 triliun hingga Mei 2025. Torehan ini sejalan dengan komitmen ESG BNI yang loyal terhadap pembiayaan di sektor hijau.
Baca juga: BNI: Bank Pelat Merah dengan Kinerja Hijau |
Portofolio ESG BNI
Hingga Mei 2025, BNI tercatat telah menyalurkan pembiayaan hijau sebesar Rp 13,37 triliun atau sekitar 18,19% dari total portofolio kredit BNI. Angka ini terus tumbuh, yakni sebesar 2,9% sepanjang tahun 2025. Pembiayaan hijau ini sejalan dengan komitmen BNI mendorong ketercapaian Net Zero Emission 2060 dan taksonomi hijau Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sementara pada kuartal I-2025, BNI mencatat total sustainable portfolio atau pembiayaan kepada sektor bisnis yang memenuhi Kategori Kegiatan Usaha Berkelanjutan (KKUB) sesuai aturan OJK sebesar Rp 182,4 triliun atau 24,3% dari total portofolio kredit BNI.
Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp 110,2 triliun disalurkan untuk program pembiayaan dan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan Rp 72,2 triliun berupa green loan.
BNI juga terus mengembangkan pembiayaan melalui skema Sustainability Linked Loan (SLL), dengan total penyaluran mencapai Rp 6 triliun ke berbagai sektor, seperti peternakan dan pengolahan hasil pangan, manufaktur besi, semen, produk batu bara, serta industri barang dari plastik.
Di 2025 ini, BNi juga memperkuat komitmen ESG melalui Program BUMI atau BNI UMKM Ramah Lingkungan, dengan memberikan insentif dan dukungan mulai dari pelatihan, business matching, hingga sertifikasi. Melalui program ini, BNI tercatat menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 13,9 miliar kepada 40 UMKM sepanjang kuartal I 2025.
"BNI aktif memperkuat peran sebagai katalis dalam pengembangan pembiayaan hijau nasional. Ini kami wujudkan melalui penguatan berbagai instrumen pendanaan, seperti penerbitan green bonds, serta penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam proses pembiayaan," ujar Corporate Secretary BNI, Okki Rushartomo, dalam keterangan tertulisnya Jumat (4/7/2025).
Tonton juga video "Wondr by BNI Terima Penghargaan Strategi Komunikasi Aplikasi Perbankan Paling Kreatif dan Inovatif" di sini:
(ara/ara)