Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo menerangkan, dulu pembangunan pembangkit bisa dilakukan di wilayah yang memiliki permintaan listrik. Sebagai contoh, pembangunan pembangkit listrik batu bara dan gas bisa dilakukan di Jawa Bagian Barat yang memiliki permintaan akan listrik.
Begitu juga jika permintaan listrik ada di Jawa bagian timur, maka pembangunan pembangkit bisa dilakukan di wilayah tersebut. Namun, hal itu berbeda jika berbicara mengenai EBT.
"Begitu kita berbicara hidro, geothermal lokasinya di Sumatera Jawa dan di sekitar Sumatera bagian utara, di Aceh, sedangkan demandnya ada di Jawa Bagian Barat," katanya dalam 2nd Conferences Road to PLN Investment Days 2024 di Hotel Mulia Jakarta, Selasa (4/6/2024).
Oleh karena itu, kata dia, dibutuhkan transmisi untuk menghubungkan sumber listrik dengan lokasi permintaan listrik. Panjangnya tak main-main, mencapai 50.000 km atau lebih panjang dari keliling bumi.
"Ada pepatah, no transition without transmission, dibutuhkan adanya namanya green enabling transmission line. Jaraknya berapa? Hanya sekitar 50.000 kilometer sirkuit. Bapak Ibu mau keliling bumi, dipersilakan jalan kaki nanti nggak nyampai-nyampai, itu panjangnya 42.500 kilometer, ini 50.000 kilometer," ujarnya.
Dia mengatakan, untuk membangun transmisi itu dibutuhkan investasi jumbo yakni mencapai Rp 300 triliun. "Price tag-nya nggak terlalu mahal Bapak Ibu, hanya US$ 25 miliar saja, Rp 300 sekian triliun hanya untuk membangun transmisi," ujarnya. (acd/rrd)