Budi menyebut jika beberapa negara akan dikenakan bea masuk tambahan, maka dia melihat menjadi peluang Indonesia untuk memperluas pasar.
"Karena kan kalau kita dengar-dengar banyak negara lain akan dikenakan bea masuk, jadi kita bisa ada peluang untuk masuk ke sana. Kemarin kami juga sudah banyak ngobrol dengan teman-teman perusahaan, kita lagi menyusun strateginya seperti apa, memanfaatkan peluang itu," kata dia ditemui di Kementerian Perdagangan, Rabu (22/1/2025).
Budi juga membidik untuk membuat perjanjian dagang khusus dengan Amerika Serikat. Meski begitu, pemerintah masih memantau perkembangan kebijakan dari Donald Trump.
"Ya kita sebenarnya kan, kita memang belum ada ini ya perjanjian khusus, kan kita banyak format perjanjian dengan Amerika," jelasnya.
Sebelumnya, Budi telah mengatakan akan membuka peluang komunikasi bilateral dengan Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Donald Trump. Hal itu ia lakukan untuk memastikan kinerja ekspor produk Indonesia ke AS tidak terganggu oleh pembatasan dan kenaikan tarif.
"Ya nanti kita coba lakukan pendekatan lagi ya. Jadi seperti apa, formulasi hubungan yang bagus, sehingga kita bisa menembus pasar," kata Budi kepada wartawan di Gedung Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Ekspor dan Jasa Perdagangan, Jakarta, Rabu (15/1/2025).
Namun begitu, Budi meyakini kepemimpinan Trump jilid 2 di AS tidak akan mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia sebagaimana yang terjadi pada era pertama kepemimpinan Trump.
(ada/rrd)