Jakarta -
Indonesia harus punya kilang minyak baru dengan kapasitas yang lebih besar. Pasalnya, kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) terus meningkat.
Setidaknya ada lima alasan yang kuat mengenai Indonesia harus punya kilang minyak baru. Apa saja? Klik tautan di bawah ini untuk mengetahui.
Kilang minyak Indonesia rata-rata suda tua. Indonesia terakhir kali membangun kilang pada 1994, artinya hampir 20 tahun Indonesia belum menambah jumlah kilangnya.
Saat ini Indonesia atau Pertamina hanya memiliki 6 kilang yakni, Kilang Dumai, Plaju, Balikapan, Cilacap, Balongan dan Sorong.
Karena barusia tua, produksi dengan kilang sendiri tidak efisien. akibatnya tiap kali produksi minyak Pertamina rugi Rp 300 per liter.
"Tiap produksi minyak di kilang dalam negeri Pertamina rugi Rp300 per liter atau lebih 5% dari harga Mobs (Mean of Plats Singapore)," ujar Senior Vice Presiden Feul Marketing and Distribution Pertamina, seperti dikutip, Rabu (28/8/2013).
Kapasitas produksi kilang dalam negeri sebesar 1 juta barel, sementara produksi minyak yang hanya 840.000 bare per hari (target APBN Perubahan 2014).Β Sementara yang menjadi jatah milik negara hanya 60% nya saja atau sekitar 600.000 barel per hari.
Untuk mencapai kapasitas produksi kilang sebesar 1 juta barel, Pertamina melakukan tambahan impor minyak mentah sekitar sebesar 400.000 barel per hari.
Kebutuhan BBM yang makin tahun makin terus meningkat. Kebutuhan konsumsi BBM Indonesia per hari saat ini mencapai 1,4 juta KL.
Sementara kilang Indonesia saat ini hanya mampu produksi BBM per harinya hanya 1 juta barel per hari. Artinya per hari Indonesia harus impor BBM sebesar sekitar 400.000 barel per hari.
Wakil Sekjen Apindo, Franky Sibarani meminta Pertamina bisa mengurangi impor BBM saat ini. Pasalnya sangking besarnya impor BBM, membuat penggunaan dolar oleh Pertamina sangat banyak.
"Sangking banyaknya impor, defisit perdagangan migas mencapai US$ 5 miliar, dengan kondisi rupiah melemah saat ini namun penggunaa dolar sangat besar untuk beli BBM membuat rupiah makin tertekan," ucap Franky kepada detikFinance.
Halaman Selanjutnya
Halaman