Sejumlah jenis batu akik yang populer di Indonesia itu mulai dari batu bacan, safir, zamrud, ruby, giok, kecubung, dan banyak lagi.
Dari mana sih asal batuan ini?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sifatnya yang cair tersebut, membuat magma yang panasnya mencapai 1.000-1.300 derajat celcius terdorong naik ke permukaan dari proses vulkanik. Bila berhasil keluar, maka biasa disebut hasil erupsi gunung api. Sementara itu, bila magma cair terdorong naik perlahan ke permukaan tanah melalui rekan atau retakan, maka akan membentuk lapisan-lapisan mineral dan batuan.
Ketika magma cair ini naik lewat lapisan atau retakan tanah, dan mengalami proses hidrotermal dan pendinginan, maka terbentuklah batuan. Nah, batuan yang pertama kali terbentuk adalah intan. Batuan ini sangat keras, tingkat kekerasannya mencapai 10 MOHS (tingkat kekerasan batu), tidak ada batuan lain sekeras intan.
"Magma ini terus menerus akan berusaha naik. Makin naik magma mengalami proses pendinginan atau proses hidrotermal, dan mengalami proses pengotoran. Pengotoran ini maksudnya magma tersebut tercampur oleh tanah, ketika masuk di celah-celah tanah atau batuan yang terlewati magma," kata pria yang akrab disapa Mbah Rono ini kepada detikFinance, pekan lalu.
Surono mengungkapkan, proses hidrotermal ini yang membentuk magma menjadi mineral atau batuan. Bila terbentuk mineral, maka bisa menjadi besi, tembaga, emas, nikel, dan banyak lagi. Tapi, proses hidrotermal juga membentuk batuan kristal, yang membentuk seperti intan, sampai batu akik, hingga batu koral atau batu sungai/kali.
"Jadi bisa dibilang magma ini mbahnya batu akik," ujarnya.
Namun, proses naiknya magma ke permukaan tanah memerlukan waktu yang sangat lama, diperlukan waktu jutaan hingga miliaran tahun, hingga akhirnya bongkahan batu akik terbentuk. Batu akik ini tidak berada di kedalaman tanah yang cukup dalam. Justru lebih banyak berada di permukaan tanah, bahkan tersebar oleh arus sungai.
"Banyak orang pencinta akik, sampai ahli akik banyak cari batu akik di aliran sungai," kata Surono.
Bagi ahli Geologi, batu akik adalah jenis batu biasa pada umumnya, yang mengalami proses hidrotermal dan membentuk kristal.
"Berharga atau tidaknya batu akik, hanya orang yang ahli akik saja yang menilainya. Karena sampai saat ini belum ada standar baku yang menentukan harga batu akik. Ini berbeda dengan emas atau intan, yang ada standar baik itu kualitasnya, yang bisa dilihat berapa karat dan kemurniannya," tutup Surono.
Demam batu akik sedang melanda masyarakat di Indonesia, dari tua-muda menggemari batu cincin akik. Untuk mencari batu akik di Indonesia tidak terlalu susah, karena umumnya wilayah daratan di Tanah Air merupakan daerah pegunungan api dari Sabang sampai Merauke.
"Batu akik itu ada di seluruh daerah di Indonesia, mungkin yang tidak ada itu cuma di Jakarta, karena nggak ada gunungnya, yang ada hanya 'Gunung Sahari'," ucap Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono, kepada detikFinance.
Batu akik bisa ditemukan di berbagai daerah Indonesia yang banyak aktivitas vulkanik atau gunung berapi, bahkan Indonesia terkenal sebagai wilayah cincin api. Aktivitas vulkanik di bawah tanah ini terdapat magma cair, yang terus mencari ruang untuk naik ke atas permukaan bumi.
"Di Aceh banyak ditemukan batu akik karena ada aktivitas gunung berapinya, Nusa Tenggara Barat dan Timur juga banyak aktivitas vulkaniknya. Kalau di Kalimantan dulu ada aktivitas vulkanik yang naik ke atas permukaan, makanya di Kalimantan banyak ditemukan intan," ujarnya.
Walaupun keberadaan batu akik ini ada dipermukaan tanah, namun tidak serta merta ketika ditemukan giok di satu daerah, maka di sekitar daerah itu banyak ditemukan batu giok lainnya. Alasannya batu-batu akik ini bisa berpindah tempat dan berpencar karena terbawa air.
"Biasanya tidak mengelompok seperti jenis tambang lainnya, batu bara atau emas dan sebagainya yang bergerombol kemudian digali menjadi sesuatu tambang, bahkan batu-batu akik itu tertransport ya, seperti di sungai-sungai," katanya.
Batu akik banyak ditemukan di permukaan tanah, tanpa harus menggali cukup dalam tak seperti layaknya mencari emas, yang harus menggali sangat dalam dan mengeruk tanah dalam jumlah besar. Bahkan batu akik banyak ditemukan di permukaan sungai-sungai berbatu.
Saat ini beberapa jenis batu akik yang populer di Indonesia antara lain batu bacan, safir, zamrud, ruby, giok, kecubung, dan banyak lagi lainnya.
Jenis batu akik ini lebih populer di kawasan Asia, seperti Tiongkok, dan Indonesia. Orang Eropa lebih suka dengan batu yang dipoles dan membentuk suatu seni yang sangat bagus, bukan berbentuk batu cincin seperti di Asia.
"Saya punya teman-teman Eropa itu lebih suka hiasan etnik, batu permata yang dibentuk patung, bangunan dan karya seni lainnya yang indah," jelas Surono.
Batu akik di Indonesia seperti safir, giok, bacan, kecubung dan lainnya kini sedang menjadi tren masyarakat Indonesia. Namun sebelum ditambang, dibentuk para ahli batu hingga menjadi hiasan di jari-jari, batu akik terbentuk melalui proses vulkanik jutaan hingga miliaran tahun secara alami di lapisan bumi.
Selain itu, batu akik menjadi mahal harganya karena proses penggosokan para perajin batu akik, sehinga memunculkan warna yang mengkilap dan beragam.
"Batu akik itu kan dasarnya magma cair yang ada di dalam perut bumi, panasnya 1.000 derajat celsius. Magma ini naik ke atas permukaan bumi melewati celah-celah batuan dan lapisan tanah. Makin naik, makin turun panasnya dan membeku sehingga membentuk batuan kristal," ujar Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono, kepada detikFinance.
Proses terangkatnya batu akik ke permukaan tanah dari kedalaman 160 km lebih, membutuhkan proses yang sangat lama. Pembentukan magma cair hingga menjadi batu akik mencapai jutaan hingga miliaran tahun. Setelah terangkat ke permukaan bumi, batu akik banyak ditemukan di sungai atau hamparan tanah, sehingga tidak perlu harus menggali tanah cukup dalam.
"Prosesnya itu lama sekali, jutaan-miliaran tahun lamanya," ucapnya.
"Batuan berharga paling banyak di gunung api purba yang sudah mati ini, mulai dari intan, emas dan banyak lagi, yang jumlahnya tidak lagi berbentuk bijih, tapi berbentuk bongkahan termasuk batu akik," ungkapnya.
Menurut Surono gunung api yang ada di Indonesia masih berusia muda dan aktivitas vulkaniknya masih sangat aktif. Gunung berapi purba yang sudah mati miliaran tahun lalu, paling banyak ditemukan di Afrika Selatan, kawasan ini merupakan produsen emas dunia.
"Di sana emas itu banyak berupa bongkahan batu, kalau di Indonesia jangan berharap ada. Dan tidak menutup kemungkinan di sana juga banyak batu akik," katanya.
Batu akik merupakan kelompok batu mulia yang sangat populer saat ini di Tanah Air. Sebut saja jenis bacan yang berwarna hijau dan banyak ditemukan di Halmahera, Maluku Utara dan Palu, Sulawesi Tengah. Selain itu, ada juga batu safir yang dominan berwarna biru, dan banyak lagi ragamnya.
Menurut Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono, beragamnya warna-warna pada batu akik tersebut, karena proses pengotoran magma cair oleh batuan atau tanah di sekitarnya. Peristiwa ini terjadi saat terangkatnya cairan magma dari perut bumi ke permukaan tanah melalui proses vulkanik.
"Ketika proses naiknya magma ke permukaan, magma cair ini mengalami pendinginan atau proses hidrotermal dan membeku sehingga terjadi pengkristalan," ujar Surono, kepada detikFinance.
Proses batuan kristal ini, unsur-unsur tanah dan batuan sekitarnya 'mengotori' atau memberikan warna pada batuan akik. Setiap batu akan memiliki warna yang berbeda-beda, tergantung kondisi tanah atau batuan di sekitarnya. Hal ini lah yang membuat setiap daerah di Indonesia, memiliki jenis dan warna batu yang berbeda-beda.
"Proses 'pengotoran' ini yang akan membentuk batuan itu mempunyai jreng yang berbeda-beda, warna dan sebagainya," ucapnya.
Terkait warna batu akik yang beragam berkilau berkilau, hal tersebut terjadi karena keahlian para pengerajin batu akik dalam proses pengasahan atau penggosokan untuk membentuk batu akik.
"Bagaimana batu ini digosok sehingga membentuk batu yang jreng sekali, itu hanya para ahli perajin batu akik yang bisa. Seorang ahli geologi sekalipun sulit menentukan mana batu akik yang harganya mahal. Bahkan saya sendiri bisa tertipu, karena saya mengerti jenis batu, tapi tidak spesifik seperti batu akik," tutupnya.