"Setelah minyak dihasilkan kan dikirim ke kilang, rata-rata cukup jauh. Kita ini punya banyak remote area. Minyaknya kecil, dibawa ke kilang yang jauh, lalu BBM yang jumlahnya sedikit dibawa ke sana lagi. Ini tantangan yang harus kita lihat. Kalau kita bisa bangun kilang-kilang mini tentu multiplier effect tinggi sekali," ujar Dirjen Migas Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja, dalam diskusi di Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin (7/3/2016).
Dengan adanya kilang-kilang mini, biaya transportasi pengiriman minyak mentah bisa dihemat. Kilang mini perlu dibangun di dekat sumber-sumber minyak yang lokasinya terpencil. Di Indonesia, sangat banyak wilayah yang cocok dan butuh kilang mini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, sudah ada 1 kilang mini di Indonesia, yaitu kilang milik PT Tri Wahana Universal (TWU) di Bojonegoro. Berdasarkan data Kementerian ESDM, ada 8 lokasi yang potensial dan membutuhkan kilang mini.
8 lokasi tersebut adalah daerah-daerah yang memiliki sumber minyak, tapi produksinya kecil dan sulit dijangkau. Mengangkut minyak mentah dan mengirim BBM ke daerah-daerah tersebut cukup sulit, sehingga akan lebih praktis jika dibangun kilang mini.
Berikut 8 calon lokasi kilang mini:
- Cluster I - Sumatera Utara (Rantau dan Pangkalan Susu), produksi minyak 3.617 barel per hari (bph).
- Cluster II - Selat Panjang Malaka (EMP Malacca Strait dan Petroselat), produksi minyak 4.427 bph.
- Cluster III - Riau (Tonga, Siak, Pendalian, Langgak, West Area, Kisaran), produksi minyak 2.391 bph.
- Cluster IV - Jambi (Palmerah, Mengoepeh, Lemang, dan Karang Agung), produksi minyak 1.914 bph.
- Cluster V - Sumatera Selatan (Merangin II dan Ariodamar), produksi minyak 3.947 bph.
- Cluster VI - Kalimantan Selatan (Tanjung), produksi minyak 3.539 bph.
- Cluster VII - Kalimantan Utara (Bunyu, Sembakung, Mamburungan, dan Pamusian Juwata), produksi minyak 8.059 bph.
- Cluster VIII - Maluku (Oseil dan Bula), produksi minyak 3.614 bph.