Mau Listrik Murah dari Nuklir? Kuasai Dulu Teknologinya

Mau Listrik Murah dari Nuklir? Kuasai Dulu Teknologinya

Michael Agustinus - detikFinance
Selasa, 31 Mei 2016 08:25 WIB
Foto: reuters.com
Jakarta - Nuklir disebut-sebut bisa menghasilkan listrik dalam jumlah besar dengan harga yang murah. Itulah alasan utama pihak-pihak yang mendukung pengembangan energi nuklir di Indonesia.

Kementerian ESDM mengungkapkan, listrik yang bersumber dari energi nuklir bisa murah, kalau teknologi untuk pengembangannya sudah bisa diproduksi sendiri di dalam negeri.

Maka sebelum membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), Indonesia harus mempersiapkan terlebih dahulu industri pendukungnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau PLTN itu banyak TKDN-nya (Tingkat Kandungan Dalam Negeri), pasti listriknya bisa murah," kata Direktur Aneka Energi Kementerian ESDM, Maritje Hutapea, kepada detikFinance di Jakarta, Senin (30/5/2016).

Dia menambahkan, percuma saja Indonesia membangun PLTN kalau teknologinya diimpor semua. Listrik yang dihasilkan pasti mahal karena alat-alatnya impor, tidak diproduksi sendiri. "Kalau impor semua alat-alatnya, ya pasti mahal. Rusia itu pakai PLTN bisa murah, TKDN-nya berapa?" ucapnya.

Pihaknya tak mau pembangunan PLTN dilakukan secara terburu-buru. Harus dipertimbangkan masak-masak plus minus pembangunan PLTN. Sampai saat ini, ESDM masih mengkaji apakah betul listrik dari nuklir murah.

"Kami masih minta para ahli untuk menghitung-hitung, apa betul listrik dari nuklir murah harganya," pungkasnya.

Sebelumnya, Direktur Utama PLN, Sofyan Basir, mengaku sebenarnya ingin membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) karena biaya produksi listriknya murah. Kalau pemerintah mengizinkan, PLN pasti mau mengembangkannya.

"Nuklir sih belum masuk rencana kita. Itu kan urusan politik ya. Tapi saya tertarik kok, murah soalnya," kata Sofyan.

Menurut dia, Indonesia harus segera mulai mengembangkan nuklir agar tak tertinggal dari negara-negara lain. PLTN sudah digunakan di Eropa dan Amerika Serikat (AS) sejak lebih dari setengah abad untuk mendukung kemajuan industri, Indonesia harus berkaca pada keberhasilan mereka. (ang/wdl)

Hide Ads