"Kilang Bontang sudah fix (pasti), suratnya sudah ditandatangani, jadi penugasan untuk Pertamina," kata Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar, dalam diskusi di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (15/12/2016).
Proyek GRR Bontang yang berkapasitas produksi 300.000 barel per hari (bph) ditargetkan bisa selesai tahun 2023. Arcandra yakin GRR Bontang bisa diselesaikan 1,5 tahun lebih cepat kalau dijadikan penugasan untuk Pertamina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau melihat kebutuhan kita, sebaiknya penugasan. Kita ingin cepat, kalau KPBU lama, bisa makan waktu 24 bulan. Kalau penugasan paling 6-8 bulan," ucapnya.
Berkaca dari GRR Tuban, Pertamina dapat memilih partner dalam waktu hanya 3 bulan. Lalu Joint Venture (JV) untuk proyek GRR Tuban terbentuk 6 bulan kemudian. "Coba bandingkan dengan proyek kilang Tuban, makanya lebih cepat," tutur Arcandra.
Sedangkan bila menggunakan skema KPBU, pertama-tama perlu dibuat regulasi dalam bentuk Keputusan Menteri (Kepmen) untuk menunjuk Pertamina menjadi Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) GRR Bontang.
Lalu pemerintah melakukan tender untuk memilih konsultan pendamping, yang kemudian juga ditetapkan melalui Kepmen. Konsultan pendamping inilah yang melakukan tender untuk memilih partner Pertamina di proyek GRR Tuban. Proses pemilihan partner lebih panjang dibanding skema penugasan.
Setelah partner terpilih, langkah selanjutnya adalah membentuk Joint Venture (JV). Lalu mulai dibuat design kilang dan proyek bisa dikerjakan dalam waktu kira-kira 4 tahun. (dna/dna)