Jumlah ini tergolong masih sangat kecil mengingat tahun 2025 tinggal delapan tahun lagi. Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Surya Dharma, mengatakan bahwa pertumbuhan energi terbarukan dari tahun ke tahun masih sangat kecil.
"Yang kita lihat dari angka-angka setiap tahun itu, memang masih tak sesuai dengan target. Sekarang tinggal 8 tahun lagi sampai 2025. Komitmen sudah dibuktikan dari PP, RUEN. Tapi persoalan implementasi beda lagi. Jadi tinggal sejauh mana komitmen pemerintah diimplementasikan," katanya saat ditemui di Jakarta, Kamis (14/9/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mulai dari proses perizinan yang rumit dan memakan waktu yang lama, permasalahan lahan dan tata ruang, hingga kebijakan harga. "Dari dulu yang paling banyak dikeluhkan investor itu kan soal harga. Sampai sekarang itu belum terselesaikan," ungkapnya.
Tercapainya harga listrik yang murah dari pemanfaatan energi terbarukan sendiri harus lewat pemanfaatan teknologi yang lebih baru. Kemudian proses perizinan harus singkat, sehingga cost of fund makin murah.
"Sistem Indonesia itu kan selama ini begitu, mestinya bisa selesai sebulan, tapi baru selesai satu tahun. Misalnya untuk energi, yang ada di BKPM itu, untuk menyelesaikan perizinannya masih 56 perizinan. Sekarang disimplifikasi jadi 29. Kalau satu-satu perizinan itu kan belum tentu satu bulan," tutur dia.
Dan yang paling penting adalah kepastian regulasi dari pemerintah. Ketidakpastian akan membuat investor enggan berinvestasi di Indonesia. Hal ini masih menjadi perhatian investor luar, khususnya di bidang energi. Padahal sektor ini termasuk yang sangat potensial bisa dimaksimalkan oleh pemerintah.
"Yang banyak investor sampaikan, misalnya sering berubahnya peraturan. Itu merupakan suatu ketidakpastian. Indonesia kan terkenal sering berubahnya peraturan," ucap Dharma.
Pemanfaatan energi terbarukan sendiri sangat penting untuk menjaga ketahanan energi di masa depan. Selain itu, energi terbarukan juga merupakan simbol kemandirian dan keberlanjutan energi suatu negara.
Pemanfaatan energi terbarukan akan mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil, menggantinya dengan sumber energi yang tak akan habis seperti air, matahari, angin, laut, sampah, hingga biofuel.
"Kalau itu tidak tercapai, berarti sustainability energi tidak terjamin, berarti ketahanan energi semakin rapuh. Kalau begitu, bagi negara tentu akan semakin rapuh," tandasnya. (eds/mca)