Kontrak Jual-Beli Listrik PLTU Mulut Tambang Terbesar RI Diteken

Kontrak Jual-Beli Listrik PLTU Mulut Tambang Terbesar RI Diteken

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Kamis, 19 Okt 2017 18:29 WIB
Foto: Dok. PTBA
Jakarta - PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) melalui anak usahanya PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) bersama PT PLN (Persero) menandatangani amandemen Power Purchase Agreement (PPA) PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 dengan kapasitas 2 x 620 MW. Proyek listrik yang masuk dalam program 35.000 MW ini menjadi PLTU Mulut Tambang terbesar di Indonesia dan di Sumatera.

Penandatanganan PPA dilakukan oleh Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin, Direktur Pengadaan II PLN, Supangkat Iwan, dan Fang Zheng, Chairman China Huadian Hong Kong Company Ltd. Acara penandatanganan dilakukan di Kantor Pusat PLN, Jakarta (19/10/2017).

"Jam 3 tadi kita sudah tanda tangan amandemen perjanjian PPA dengan PLN. Antara anak usaha PTBA, PT HBAP yang membangun PLTU mulut tambang terbesar di Indonesia dengan kapasitas 2x620 MW," kata Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin dalam jumpa pers di Hotel Ambhara, Jakarta, Kamis (19/10/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam amandemen PPA ini, terdapat beberapa perubahan dari rencana semula. Listrik dari PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 yang semula akan dialirkan ke Jawa menggunakan High Voltage Direct Current (HVDC), kini dialirkan untuk Sumatera grid menggunakan jalur transmisi extra high voltage 500 kV. Perubahan ini karena kebutuhan listrik di Jawa dinilai sudah cukup, sehingga listrik dari PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 dialihkan untuk kebutuhan listrik Sumatera.

"Akhirnya PLTU ini listriknya akan dipakai untuk memenuhi semua kebutuhan listrik di Sumatera. Oleh karena itu dilakukan amandemen," jelasnya.

Termasuk dalam perubahan tersebut, HBAP juga akan membangun jalur transmisi dari PLTU Sumsel 8 ke gardu induk PLN di Muara Enim sejauh 45 km.

Selain terdapat perubahan transmisi dari sebelumnya ke Jawa menjadi ke Sumatera, teknologi yang akan digunakan PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 pun berubah. Sebelumnya, teknologi yang direncanakan untuk digunakan adalah sub critical, kemudian berubah menjadi super critical sehingga menjadi lebih efisien dan ramah Iingkungan. Hal ini diklaim membuat biaya konstruksi hemat hingga Rp 800 miliar.

"Dengan ada peningkatan teknologi ini, maka ada efisiensi bahan bakar dan polusi berkurang. Nilai investasinya pun turun jadi hemat, total penurunan biaya jadi turun Rp 800 miliar.

Sebagai akibat dari perubahan teknologi yang mengakibatkan efisiensi tadi, maka harga jual listrik ke PLN pun berubah dari US$ 5 sen menjadi US$ 4,79 sen per kWh.

"Harga jual listrik ke PLN kita turunkan yang tadinya US$ 5 sen jadi US$ 4,79 sen," tutup dia.

Dengan adanya penandatanganan ini, konstruksi PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 diharapkan dapat dimulai pada pertengahan 2018, dengan masa konstruksi 42 bulan untuk unit I dan 45 bulan untuk unit II. Sehingga, diharapkan akan mencapai Commercial Operation Date (COD) pada tahun 2021 untuk unit I dan tahun 2022 untuk unit II.

Sebagai informasi, PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 merupakan bagian dari megaproyek 35.000 MW dengan PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) sebagai Independent Power Producer (IPP) yang merupakan konsorsium PT Bukit Asam (Persero) Tbk dan China Huadian Hong Kong Company Ltd. Total investasi proyek ini mencapai US$ 1,7 miliar. (eds/hns)

Hide Ads