Jonan menerangkan, pemanfaatan teknologi memberikan banyak manfaat. Salah satunya terkait efisiensi. Namun, belum optimal dilakukan oleh Pertamina.
"Saya kasih contoh kalau Pertamina, sampai saya kirim surat ke Menteri BUMN dan direksinya, yang gampang saja misalnya menjual BBM itu harus bisa ada recording per nozzle. Ini kan sederhana sekali, kenapa tidak dilakukan sejak lama," kata dia di Kantor Pusat Pertamina Jakarta, Rabu (25/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait otomatif, Jonan menyinggung soal kilang. Menurutnya, jika Pertamina khawatir adanya perkembangan mobil listrik lebih baik mengembangkan industri kimia.
Baca juga: Jokowi Bakal Pilih Direktur Utama Pertamina |
"Kalau otomotif, waktu pemerintah minta Pertamina buat kilang. Emang ada kekhawatiran kalau mobil listrik masuk gimana? Saya bilang, kalau kilang produknya makin lama makin kurang market share-nya, ya buat industri kimia," ujar dia.
"Pak Prajogo Pangestu pernah ke saya bilang begini, saya buat Chandra Asri 30 tahun lalu, saya nggak sekolah, sekolah cuma SMA kalau direksi Pertamina sekolahnya apa. Saya juga nggak tahu pak ijazahnya apa, mungkin juga nggak punya ijazah. Ini yang menurut saya sama spiritnya seperti digitalisasi Pertamina ketinggalannya satu dasawarsa," sambung Jonan.
Jonan melanjutkan, teknologi sebenarnya juga bisa memberi manfaat terhadap aspek keamanan (safety). Jonan mengatakan, pemanfaatan teknologi bisa meminimalisir angka kecelakaan kerja.
"Terakhir, sistem ini juga akan bisa memitigasi tentang safety. Saya nggak mau dengar lagi dari keselamatan kerja, ada tumpahan minyak di Balikpapan. Statement Pertamina bilang ini bukan dari pipa kami. Kenapa? Wong kayak orang belum pernah kerja saja sih," tutupnya.
Baca juga: Jajaran Direksi Pertamina Dirombak (Lagi) |