Kenaikan harga daging ayam yang terpicu oleh menguatnya dolar AS lantaran pakan ternak masih cukup bergantung impor. Tapi Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyebut dampaknya tidak akan besar. Hal itu karena Indonesia sudah bisa memproduksi pakan ternak sendiri tanpa terlalu mengandalkan impor.
"Itu (harga naik) kalau berpengaruh sangat kecil karena pakannya jagung tidak lagi diimpor. Kita sudah produksi bahkan sudah ekspor," jelas Amran di kantornya, Selasa (15/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia melanjutkan, saat ini harusnya harga daging ayam sudah bisa lebih stabil. Apalagi dia menyebut Indonesia sebenarnya surplus, alias kelebihan stok ayam pedaging.
"Karena kita over supply, suplai kita banyak. Harga terkadang anjlok justru harga ayam. Untuk mengantisipasi itu kita lakukan ekspor termasuk telur. Kalau sudah ekspor kan sudah lebih? Jadi tidak ada alasan harga naik," lanjutnya.
Amran pun mengimbau peternak ayam hingga pedagang untuk membantu menjaga kestabilan harga daging ayam, khususnya saat Ramadan tahun ini.
"Tolong saudaraku seluruh pengusaha, pedagang mari kita mengacu pada tahun lalu di mana harga stabil, bila perlu lebih stabil dari tahun lalu," tambahnya.
Harga Ayam Menguat di Pasar Maros
Sejak tiga hari terakhir, harga daging ayam di sejumlah pasar di Maros, Sulawesi Selatan melonjak hingga 100%. Biasanya, hanya dijual Rp 25 - 30 ribu/ekor, kini mencapai Rp 50 - 55 ribu/ekor. Pedagang sendiri mengaku tak tahu banyak soal penyebab kenaikan harga ayam potong itu.
"Seumur-umur saya jadi pedagang ayam, Baru kali ini harganya sangat tinggi sekali. Tidak tahu juga pastinya kenapa, mungkin karena jelang Ramadan, makanya dari peternak juga naik," kata seorang pedagang ayam, Asdar, Selasa (15/5/2018).
Menurut Asdar, pasokan ayam sejak beberapa hari ini, tidak berkurang dari peternak. Hanya saja, harga jualnya ke pedagang memang sudah naik hingga 50%, hingga mau tidak mau pedagang juga terpaksa menaikkan harganya.
Dampak melonjaknya harga daging ayam ini pun berdampak pada lesunya pasaran daging ayam potong. Pembeli, lebih banyak beralih ke ikan yang harganya relatif normal, meski jelang Ramadan ini. Tak jarang, pedagang pun mengaku merugi karena hal itu.
"Memang beberapa hari terakhir ini kurang pembeli karena harganya sangat tinggi. Yah terpaksa kita kurangi juga pengambilan dari peternak karena modalnya kita juga terbatas kan. Takutnya juga rugi banyak," sebutnya.
Kenaikan harga ayam potong ini, juga diakui oleh Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan (Kopumdag) Maros. Menurutnya, kenaikan harga ayam itu dipicu bukan lantaran menguatnya dollar terhadap rupiah, melainkan minimnya pasokan ayam dari peternak dan tingginya permintaan jelang ramadan.
"Kenaikan ayam inikan flutuatif memang. Tergantung masa panen ayam dari peternak. Nah inikan juga jelang Ramadan, otomatis permintaan naik dan kemungkinan pasokannya minim dari peternak," terangnya.
Diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah ke level Rp 14,025. Menguatnya dolar AS terhadap rupiah, dinilai akan sedikit memengaruhi kenaikan harga daging ayam. Kenaikan harga daging ayam ini lantaran pakan ternak masih cukup bergantung pada impor.