"Ekonomi di tahun 2019 diproyeksi tumbuhnya solid. Karena ekonomi Amerika, Eropa, dan Asia Pasifik diproyeksikan membaik, itu kan negara-negara yang mengonsumsi minyak," papar dia kepada detikFinance, Sabtu (24/11/2018).
Oleh sebab itu, menurut Komaidi, tahun depan harga mintak diperkirakan naik lagi ke level US$ 70/barel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai informasi, mengutip Reuters harga minyak mentah Brent turun menjadi di level US$ 60 per barel dari nilai tertingginya US$ 85 per barel pada awal Oktober 2018.
Sementara, harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) merosot lebih dari US$ 1 per barel sebelum akhirnya ditutup melemah US$0,78 menjadi US$53,85 per barel.
Komaidi menambahkan, turunnya harga minyak saat ini bersifat sementara karena dipengaruhi kondisi politik di Amerika Serikat.
"Ini sesuatu yang biasa, harga dinamis (penurunan harga minyak saat ini). Ini dipengaruhi oleh kekalahan partainya pendukung Trump di Amerika Serikat," kata Komaidi. (hns/hns)