Kelas Menengah Tanggung Susah Punya Rumah, Listrik Padam Massal

Round-Up 5 Berita Terpopuler

Kelas Menengah Tanggung Susah Punya Rumah, Listrik Padam Massal

Trio Hamdani - detikFinance
Minggu, 04 Agu 2019 21:53 WIB
Kelas Menengah Tanggung Susah Punya Rumah, Listrik Padam Massal
Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta - Sambungan listrik di berbagai wilayah dilaporkan padam. Kondisi ini dirasakan hingga ke berbagai wilayah.

Laporan yang yang berhasil dihimpun detikFinance, padamnya listrik dirasakan di berbagai wilayah tidak hanya di DKI Jakarta. Sejumlah wilayah seperti Tangerang, Bandung hingga Brebes dilaporkan mengalami listrik padam.

Selain listrik padam massal, masalah kelas menengah tanggung yang sulit beli rumah juga masuk deretan berita terpopuler detikFinance hari ini. Berikut selengakpnya:
Redaksi detikFinance mencoba mengkonfirmasi perihal padamnya sambungan listrik tersebut. Namun, hingga berita ini diturunkan sekitar pukul 12.20 WIB, contact center PLN 123 tak juga bisa dihubungi.

Selain sambungan listrik, jaringan seluler sejumlah provider juga terganggu. Tim redaksi masih mencoba menghubungi pihak-pihak terkait.

Apa sebenarnya yang membuat harga rumah tapak semakin tak terjangkau?

Menurut pandangan Ketua Umum Realestat Indonesia (REI) Soelaeman Soemawinata selaku pengembang, ada beberapa faktor yang membuat harga rumah begitu mahal. Salah satunya adanya kandungan non produksi dalam penetapan harga rumah.

"BPHTB mislanya, sekarang kan sudah 5%. Cuma masalahnya ada ini di pemerintah daerah bukan pemerintah pusat. Pemda kan ada 400 sekian yang punya pandangan berbeda. Mereka mengandalkan bahwa BPHTB pemasukan daerah," ujarnya kepada detikFinance.

Tak hanya BPHTB, masih ada sederet komponen biaya non produksi dalam harga jual properti. Misalnya biaya KPR yang rata-rata 5% dari plafond yang ditanggung pihak bank. Di dalamnya termasuk asuransi KPR.

Selain itu ada juga pajak penjual atau pajak penghasilan (PPH) dari pengembang sebesar 5% dari harga jual. Unsur ini juga membuat pengembang memutar otak mematok harga jual.

Belum lagi ada biaya notaris yang menyiapkan untik atka jual beli (AJB) dan akta kredit. Belum lagi biaya tetekbengek lainnya yang biasanya dimasukan dalam kandungan harga jual.

"Jika konsumen semakin tidak terbebani biaya-biaya itu, mereka bisa mendapatkan kualitas rumah yang baik juga," tambah Soelaeman.

Plt Dirut PT PLN Sripeni Inten Cahyani membeberkan kronologi penyebab padamnya listrik secara massal di sebagian Pulau Jawa. Dia menjelaskan permasalahan mulai terjadi pada pukul 11.45 WIB.

Dia mengatakan, pada detik ke 27 pukul 11.45 WIB, saluran udara tegangan ekstra tinggi Ungaran-Pemalang terjadi gangguan, tepatnya di sirkuit satu yang disusul sirkuit kedua sehingga dua-duanya mengalami gangguan.

"Akibatnya terjadi penurunan tegangan. Jadi pada pukul 11.48 detik 11 menyebabkan jaringan SUTB (saluran udara tegangan tinggi) Depok-Tasik mengalami gangguan. Ini awal pemadaman di sistem Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta," katanya dalam konferensi pers di Kantor PLN Pusat Pengatur Beban (P2B) Gandul, Depok, Jawa Barat, Minggu (4/8/2019).

Pada pukul 11.45 WIB detik 27, listrik di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali normal. Hanya Brebes yang mulai padam, pasalnya dia masuk di sistem Jabar.

"Jadi 11.45 WIB, Jatim, Bali aman, Jateng aman. Pukul 11.48 WIB, Jabar, DKI Jakarta, dan Banten blackout," sebutnya.

Masyarakat saat ini mulai resah lantaran di rumah tempat tinggalnya listrik padam. Sejumlah alat elektronik mulai tak beroperasi dan perangkat seluler mulai kehabisan daya.

Masyarakat kian resah manakala hingga menjelang malam, listrik belum juga menyala.

Plt Dirut PLN Sripeni Inten Cahyani mengatakan, perbaikan jaringan untuk mengatasi istrik padam massal ini tengah dan terus dilakukan. Perbaikannya diperkirakan paling cepat 3 jam sejak pukul 16.27 WIB akan normal seutuhnya. Sementara Jawa Barat dan Banten maksimal memakan waktu 5 jam.

"Kalau tadi (Jakarta memakan waktu) 3 jam. Ini (Jabar dan Banten) 4 sampai 5 jam," katanya dalam konferensi pers di Kantor PLN Pusat Pengatur Beban (P2B) Gandul, Depok, Jawa Barat, Minggu (4/8/2019).

Sudah lima jam lebih listrik padam massal di sejumlah wilayah di Pulau Jawa. Hingga hari menjelang malam, listrik belum juga nyala. Salah satu cara untuk menangani gelapnya malam adalah menggunakan lampu darurat. Berapa sih harganya?

Harga lampu darurat sangat bervariasi, mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 200.000. Spesifikasinya pun beragam. Ada yang menggunakan sensor sentuhan hingga dilengkapi dengan kipas angin.

Misalnya stick touch lamp yang dijajakan di e-commerce Tokopedia dengan harga Rp 5.400 ini. Stick touch lamp menggunakan lampu LED yang bisa menerangi di kala listrik padam. Lampu yang berukuran kecil ini bisa dinyalakan atau dimatikan dengan menyentuh sisi atas lampu. Lampu bisa menyala dengan tiga baterai AAA.

Kemudian ada juga lampu darurat yang dilengkapi dengan port USB sehingga bisa digunakan untuk mengisi daya baterai ponsel. Lampu yang bernama HP MHLL24 ini dibanderol dengan harga Rp 31.000. Lampu ini menggunakan tiga baterai AA sebagai pemasok dayanya.

Lalu, ada juga lampu darurat dengan merk Krisbow yang dijual dengan harga Rp 200.000 di Tokopedia. Uniknya, lampu darurat ini juga dilengkapi dengan kipas dan mampu menyala hingga 10 jam. Namun, pengguna perlu mengisi daya lampu ini selama 12-15 jam sebelum digunakan.

Terakhir adalah lampu darurat yang juga bermerk Krisbow. Lampu ini dibanderol dengan harga Rp 379.000 di Tokopedia. Menurut keterangan penjual, lampu ini memiliki pencahayaan hingga 4000 kelvin. Sebelum menggunakan lampu ini, pengguna disarankan mengisi dayanya 20-24 jam apabila baterainya habis

Hide Ads