Minyak Tak Lagi Jadi Andalan, Kerajaan Arab Bisa Apa?

Minyak Tak Lagi Jadi Andalan, Kerajaan Arab Bisa Apa?

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Jumat, 27 Sep 2019 15:53 WIB
Foto: Xinhua
Jakarta - Pertumbuhan ekonomi Arab Saudi diperkirakan akan melambat, menjadi 1,7 persen pada 2019. Melansir dari laporan World Bank pada Jumat (27/9/2019), penurunan pertumbuhan ekonomi Arab disebabkan oleh pengeluaran pemerintah yang lebih tinggi mengimbangi dampak pengurangan produksi minyak yang dilaksanakan pada paruh pertama tahun 2019.

Pengurangan produksi minyak Arab ini disebabkan karena adanya tekanan OPEC (Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi). OPEC menekan Arab untuk membatasi ekspor minyak mereka guna menjaga harga minyak dunia.

Tidak hanya mengurangi produksi minyak, kurang dari dua minggu lalu, ladang minyak milik Saudi Aramco di Arab Saudi mendapat serangan dari pesawat tak berawak pada Sabtu (14/9/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Raksasa minyak negara Saudi Aramco mengatakan serangan itu memangkas produksi sebesar 5,7 juta barel per hari atau mencapai 50% dari total produksi harian. serangan terhadap fasilitas minyak Arab Saudi tersebut memotong lebih dari 5% dari pasokan minyak global.

Berbagai masalah ini menyebabkan Kerajaan Arab mulai mengalami defisit, menyebabkan pemerintah tidak lagi mampu mengandalkan sektor minyak sebagai pilar ekonomi mereka.

Guna mengurangi defisit negara serta 'merehabilitasi' ketergantungan akan minyak, Pemerintah Arab melanjutkan kebijakan fiskal ekspansif yang diadopsi sejak 2017 lalu. Kebijakan fiskal tersebut dimaksudkan untuk merevolusi iklim bisnis di Arab.

Salah satunya, pemerintah Arab berencana untuk menggenjot sektor pariwisata. Sebelumnya, pada sektor pariwisata pemerintah hanya mengandalkan pendapatan dari jamaah haji yang datang ke negara itu untuk haji.

Namun saat ini Kerajaan Arab mulai membangun sektor pariwisatanya kembali dengan mulai melakukan penawaran visa turis ke berbagai negara pada Jumat waktu setempat. Hal ini dilakukan guna mendorong sektor pariwisata sebagai pilar baru ekonominya.

"Untuk pertama kalinya kami membuka petualangan, warisan, dan sejarah bagi orang-orang yang akan mengunjungi Arab Saudi sebagai turis," kata Ketua Komisi Pariwisata dan Warisan Nasional Saudi Ahmad Al-Khateeb kepada CNBC, dikutip detikcom pada Jumat (27/9/2019)


Kerajaan Arab bermaksud untuk meningkatkan kontribusi ekonomi pariwisata dari 3% saat ini menjadi 10% dari PDB pada tahun 2030.

Selain itu Arab Saudi menargetkan kunjungan internasional dan domestik menjadi 100 juta per tahun pada waktu yang sama. Ke depannya, sektor pariwisata diharapkan dapat meningkatkan ekonomi kerjaan tersebut.

Selain itu, sebelumnya Pemerintah Arab Saudi telah memberlakukan kebijakan untuk menambah jumlah pajak terhadap semua jamaah umrah dan haji. Kerajaan Arab menambahkan jumlah pajak sekitar SAR 500 atau setara dengan Rp 1,8 juta.


(dna/dna)

Hide Ads