Ekonomi Provinsi Papua tercatat minus. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada tahun lalu ekonomi Papua dan Maluku minus 7,44%.
Menanggapi hal tersebut, Juru Bicara PT Freeport Indonesia (PTFI) Riza Pratama mengakui berkurangnya produksi Freeport berpengaruh pada ekonomi Papua. Dia bilang, produksi berkurang karena terjadi pergeseran produksi dari tambang terbuka (open pit) ke bawah tanah (underground).
"Sebetulnya bukan kegiatannya yang berkurang, tambang terbukanya sudah selesai. Tambang bawah tanahnya masih belum optimal. Jadi sebenernya ada gap aja, bukan karena ada penurunan produksi, karena ini udah selesai," katanya di DPR Jakarta, Rabu (19/2/2020).
Dia bilang, hal ini juga akan berdampak pada penerimaan daerah. Namun, dirinya tak menerangkan secara rinci.
"Untuk angkanya saya nggak tau, tapi tentunya ada beberapa penerimaan daerah yang berkurang karena produksi kita juga akan berkurang, ada beberapa pajak daerah yang berkurang. Ya kalau 50% bayangkan saja 50% yang berkurang," paparnya.
Disinggung soal tenaga kerja, Riza bilang, kemungkinan ada pengurangan. Meski demikian, ia mengatakan pengurangan dari sisi kontraktor, bukan tenaga kerja Freeport.
"Pengurangan mungkin ada tapi bukan pengurangan di karyawan langsung, mungkin di kontraktor misalnya bagian tertentu tambang ya kontraktornya sudah selesai, kalau karyawannya sendiri sih nggak ada," ujarnya.
(acd/dna)