Harga minyak mentah AS naik hingga US$ 40/barel setara Rp 560.000 (kurs Rp 14.000/US$) selama sepekan ini. Angka itu menunjukkan lonjakan harga hingga US$ 80/barel setara Rp 1,12 juta dibanding level 7 minggu lalu yang sempat berada di titik terendah yakni minus US$ 40,32/barel.
Sementara itu, minyak mentah Brent, yang merupakan harga patokan dunia, juga naik dua kali lipat sejak pertengahan April 2020 lalu.
Pemulihan harga minyak dunia yang luar biasa ini didorong oleh optimisme pasar terhadap pelonggaran pembatasan sosial yang sudah diterapkan di berbagai negara. Selain itu, didukung pula oleh sikap koordinatif para negara anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), Rusia dan sekutu-sekutunya yang kompak memangkas produksi minyak mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, ada kekhawatiran yang meningkat dari pemulihan harga minyak tersebut. Pemulihannya dinilai terlalu bagus padahal permintaan akan minyak belum naik secara signifikan dan dalam waktu dekat juga diramal landai. Ditambah lagi adanya ancaman gelombang kedua pandemi virus Corona yang sangat mungkin terjadi.
Para analis percaya, bahwa untuk memulihkan harga minyak sebenarnya butuh waktu yang lama, dan ini bukan sekadar omong kosong. JBC Energy Group memperingatkan bahwa harga minyak akan membutuhkan upaya lebih demi mempertahankan level saat ini.
Simak Video "Video: Harga Minyak Dunia Diprediksi Meroket Usai AS Serang Iran"
[Gambas:Video 20detik]