Masih Bisakah Harga BBM di RI Turun?

Masih Bisakah Harga BBM di RI Turun?

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 25 Jun 2020 15:55 WIB
Mulai hari ini berbagai harga BBM turun serentak, mulai dari bensin premium, solar, Pertamax hingga Pertalite. Harga premium di wilayah Jawa-Madura-Bali turun dari Rp 7.400/liter jadi Rp 7.050/liter.
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Komisi VII DPR RI kembali lagi mempertanyakan soal harga BBM yang tak kunjung disesuaikan. Sejak pandemi Corona melanda, diketahui harga minyak memang cenderung rendah, namun pemerintah dan Pertamina belum juga menurunkan harga BBM.

Menurut anggota Komisi VII Mulyanto, masyarakat masih sering bertanya-tanya soal penyesuaian harga BBM. Dia menilai pemerintah terlalu lama melakukan pertimbangkan dan tidak langsung menurunkan harga BBM.

"Isu energi ini terus menerus bertubi-tubi. Salah satunya penyesuaian harga BBM yang tak kunjung terealisasi, karena wait and see. Jadi kapan disesuaikan," kata Mulyanto dalam raker bersama Kementerian ESDM di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (24/6/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menteri ESDM Arifin Tasrif pun menjawab hal tersebut. Dia mengatakan untuk saat ini harga minyak sudah naik kembali. Dia menyebut fluktuasi harga minyak memang cepat, maka dari itu pihaknya tak bisa terburu-buru menyesuaikan harga.

Ditambah lagi dia menilai meski harga minyak mentah murah, Pertamina juga masih terbebani untuk memberikan subsidi.

ADVERTISEMENT

"Prinsipnya terkait harga BBM, saat ini sudah ada peningkatan MOPS kemudian Brent Internasional. Siklus daripada crude internasional sering cepat sekali cycle-nya, Pertamina juga sudah beban berat terkait subsidi saat crude murah," jelas Arifin.

Arifin menegaskan pemerintah akan berupaya mengawal harga BBM agar berada di level wajar, salah satu acuannya adalah lebih rendah dari harga negara-negara di Asean.

Meski begitu, Arifin mengakui ada dua negara dengan harga BBM yang lebih murah dari Indonesia. Yaitu harga BBM di Malaysia dan Vietnam.

"Intinya, kami akan usahakan harga (BBM) masih ada di level tidak di atas lebih tinggi dari harga di Asean. Yang masih lebih rendah itu ada Malaysia dan Vietnam, itu juga tipis saja," ungkap Arifin.




(eds/eds)

Hide Ads