Menurutnya pandemi saat ini membuat investor ragu untuk berinvestasi. Namun dengan momen yang tepat, pendanaan tahap awal ini bisa segera dilakukan.
Penggalangan dana yang dikelola oleh Clime Capital ini memfokuskan investasi awal mereka ke Vietnam, Indonesia, dan Filipina. Clime Capital yang berbasis di Singapura ini didukung oleh sejumlah yayasan iklim internasional terkemuka termasuk Sea Change Foundation International, Wellspring Climate Initiative, High Tide Foundation, Grantham Foundation, Bloomberg Philanthropies, Packard Foundation dan CIFF.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pendanaan tahap awal SEACEF akan menargetkan teknologi dan model bisnis yang telah terbukti secara global seperti energi surya, angin, dan energy storage untuk disandingkan dengan model bisnis lainnya yang dapat mengakselerasi transisi rendah karbon seperti kendaraan listrik, demand side management technology, efisiensi energi di gedung, dan infrastruktur transmisi energi bersih.
Pendukung filantropi global telah menginvestasikan dana awal sebesar US$ 10 juta ke SEACEF dan sedang mencari penambahan modal menjadi US$ 40 juta.
Diharapkan bahwa setiap dolar pendanaan modal berisiko tinggi yang dikerahkan SEACEF ini akan meningkatkan investasi lanjutan ke dalam portofolio energi bersih di seluruh Asia Tenggara hingga 50 kali lebih banyak mencapai lebih dari US$ 2,5 miliar. Investasi tersebut dilakukan sambil terus mengembangkan ekosistem pengembang lokal untuk menumbuhkan pasar.
"Atas nama penyandang dana filantropis SEACEF, kami senang dapat mendukung program investasi iklim yang inovatif dan katalitik ini. Langkah ini akan mengisi celah yang ditinggalkan oleh investor keuangan tradisional dan membantu mempercepat pertumbuhan pasar untuk energi bersih di Asia Tenggara," kata Bill Weil, yang memimpin desain SEACEF di Tempest Advisors, penasihat untuk Sea Change Foundation International.
Simak Video "IPA Convex 2025: Meneguhkan Ketahanan Energi dalam Transisi Rendah Karbon"
[Gambas:Video 20detik]
(kil/ara)