RI Kembangkan Green Diesel, Bisa Tekan Impor BBM?

RI Kembangkan Green Diesel, Bisa Tekan Impor BBM?

Trio Hamdani - detikFinance
Rabu, 15 Jul 2020 23:00 WIB
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang/Foto: Dok. Kemenperin
Jakarta -

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan Indonesia bisa mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak (BBM) impor dengan memproduksi green diesel, yakni bahan bakar diesel hijau dari minyak sawit.

Kilang minyak atau Refinery Unit II Dumai, Provinsi Riau milik PT Pertamina (Persero) dijelaskannya sudah mulai mengembangkan bahan bakar jenis tersebut.

"Di Dumai, kami menyaksikan langsung hasil karya riset dan aplikasi teknologi produksi green diesel (bahan bakar diesel hijau) dari minyak sawit. Kami sangat mengapresiasi hasil kerja keras, ketekunan, dan kepiawaian tim dari ITB di bawah pimpinan Prof. Dr. Soebagjo beserta tim peneliti PT. Pertamina yang telah berhasil mewujudkan teknologi produksi green diesel secara stand alone, dengan Katalis Merah Putih made in Indonesia," kata dia dalam keterangan resmi, Rabu (15/7/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, Indonesia akan mandiri dalam penyediaan energi nasional melalui green diesel, di tengah maraknya kampanye negatif terhadap minyak sawit Indonesia oleh Uni Eropa dan negara importir lainnya.

"Indonesia akan mengurangi impor BBM dan menggantinya dengan bahan bakar hijau yang ramah lingkungan dan berkelanjutan," tutur Agus.

ADVERTISEMENT

Lanjut dia, pemerintah tengah berupaya untuk mengurangi tingginya impor BBM dengan pemanfaatan minyak sawit sebagai bahan bakar nabati.

"Presiden juga telah memerintahkan untuk menambah komposisi pencampuran bahan bakar nabati untuk jenis diesel sampai dengan 40%, 50% hingga 100%, untuk menunjukkan kedaulatan energi nasional yang mandiri dan berdikari," sebutnya.

Langsung klik halaman selanjutnya

Atas dasar itu, Pertamina dan Institut Teknologi Bandung (ITB) telah berhasil melakukan rekayasa co-processing minyak sawit, yang membuat Indonesia menjadi salah satu referensi teknologi produksi biofuel dunia.

Pengembangan industri diesel hijau juga diyakini dapat meningkatkan kelas petani rakyat sebagai stakeholder utama industri sawit nasional. Artinya, program ini akan lebih banyak memberikan kesejahteraan bagi para petani kelapa sawit.

Dia juga mendorong diversifikasi produk bahan bakar yang berbasis nabati, termasuk avtur.

"Kami minta juga energi berbasis nabati nantinya tidak hanya berasal dari CPO saja, tetapi komoditas lain yang bisa dikembangkan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam di Indonesia," ujarnya.

Agus berjanji untuk memfasilitasi hal tersebut. Lebih lanjut, setelah produksi diesel hijau 100% dari RBD Palm Oil, menurutnya ke depan ada potensi bahan baku alternatif berupa Industrial Vegetable Oil/Industrial Lauric Oil (IVO/ILO) yang spesifikasinya memenuhi technical requirement Katalis Merah Putih dengan biaya produksi yang lebih ekonomis.


Hide Ads