Uni Emirat Arab (UEA) tancap gas dalam pengembangan teknologi. Bertepatan dengan momen Idul Adha, Sabtu kemarin, negeri kaya minyak ini mengumumkan baru saja memulai operasional pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
Pembangkit ini diberi nama Barakah, dan menjadi yang pertama di semenanjung Arab. Pengumuman ini menjadi hangat diperbincangkan, apalagi belum lama ini UAE juga baru saja meluncurkan penyelidikan pertamanya ke Mars.
"Reaktor nuklir pertama di UEA, Pabrik Energi Nuklir Barakah telah mencapai tingkat kritikal pertamanya dan berhasil memulai operasinya. Ini adalah tonggak bersejarah bagi bangsa kami, dengan visi yang ditetapkan untuk memberikan bentuk baru energi yang bersih," kata Hamad Alkaabi perwakilan negara itu kepada Badan Energi Atom Internasional, dilansir dari AFP, Minggu (2/8/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
UAE pun berencana akan membangun hingga total 16 reaktor nuklir. Pembangkit listrik Barakah sendiri dibangun oleh konsorsium yang dipimpin oleh Korea Electric Power Corporation dengan biaya sekitar US$ 24,4 miliar atau berkisar Rp 353,8 triliun (dalam kurs Rp 14.500).
Ketika beroperasi penuh, keempat reaktornya akan memiliki kapasitas untuk menghasilkan 5.600 megawatt listrik, yang bisa memenuhi sekitar 25% dari kebutuhan negara.
Perdana Menteri UEA dan penguasa Dubai, Sheikh Mohammed bin Rashid Al-Maktoum, mengatakan bahwa pembangkit Barakah telah berhasil memuat paket bahan bakar nuklir. Pembangkit ini juga sudah melakukan tes komprehensif dan berhasil menyelesaikan operasi pembangkit listrik pertamanya.
"Selamat atas pencapaian pencapaian bersejarah ini di sektor energi & menandai tonggak sejarah ini dalam peta jalan untuk pembangunan berkelanjutan," kata Sheikh Mohammed.
UEA sendiri telah memuat batang bahan bakar nuklirnya ke dalam reaktor di Barakah pada bulan Februari. Setelah pemerintah memberi lampu hijau, reaktor pertama dari empat reaktor ini mulai melakukan operasi komersil.
Baca juga: 'Harta Karun' RI akan Ditawarkan Luhut ke AS |