Momen Anggota DPR Ngamuk Saat Rapat, MIND ID hingga Freeport

Momen Anggota DPR Ngamuk Saat Rapat, MIND ID hingga Freeport

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Jumat, 28 Agu 2020 19:00 WIB
Komisi VII DPR rapat dengan Batan dan Bapeten (Rolando Fransiscus Sihombing/detikcom)
Ilustrasi/Foto: Ruang Rapat Komisi VII DPR (Rolando Fransiscus Sihombing/detikcom)
Jakarta -

Rapat yang berlangsung panas di Komisi VII DPR berujung hingga aksi gebrak meja anggota dari Fraksi PKB Marthen Douw menarik perhatian banyak pihak. Aksi gebrak ini bukanlah hal yang baru, belum lama aksi serupa pernah terjadi.

Dalam catatan detikcom, aksi gebrak meja juga terjadi dalam rapat antara Komisi VII dengan Direktur Utama Holding Tambang (MIND ID) atau PT Inalum (Persero) Orias Petrus Moedak.

Panasnya rapat berawal saat Anggota Komisi VII DPR RI Muhammad Nasir meminta penjelasan terkait pelunasan utang Inalum dari penerbitan obligasi, di mana obligasi itu untuk akuisisi PT Freeport Indonesia. Orias menjawab jika obligasi itu ada beberapa tenor dengan jatuh tempo paling lama 30 tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi sampai 30 tahun kalau perusahaan lancar baru selesai kalau kita mati tak selesai nih barang nanti, ganti dirut lain, lain lagi polanya. Makanya itu yang saya pertanyakan kepentingan mengalihkan Freeport sebenarnya kepentingan politik," saut Nasir di Komisi VII DPR RI, Jakarta, Selasa (30/6/2020).

Nasir memberi catatan, kunci utang ialah jika pembayaran lancar dan bagus. Jika tidak, barang disita. Ia juga menduga anak perusahaan di bawah holding tambang menopang utang ini. Sebab itu, ia meminta data detilnya.

ADVERTISEMENT

"Makanya saya minta data detilnya mana?" tanya Nasir.

Orias menjawab akan disampaikan, tapi Nasir tak puas. Ia tak ingin kejadian ini terulang lagi. Ia menegaskan, jika itu terulang maka ia menyuruh bos Holding Tambang itu keluar ruangan rapat.

"Kalau bapak sekali lagi gini saya suruh bapak keluar ruangan ini," kata Nasir.

"Kalau bapak suruh keluar, izin pimpinan, saya keluar," timpal Orias.

Sontak nada Nasir pun meninggi. Bahkan, ia sampai menggebrak meja tak terima atas pernyataan Orias.

"Bapak bagus keluar, karena nggak ada gunanya bapak rapat di sini. Anda bukan buat main-main dengan DPR ini," katanya nada tinggi dengan menggebrak meja.

Orias tak diam. Dia menimpali jika ia diundang untuk hadir dalam rapat tersebut.

"Saya diundang, saya datang," ujarnya.

Nada Nasir masih tinggi. Ia kembali mengatakan khawatir, anak usaha di bawah holding tambang tersandera karena masalah utang. Nasir kemudian meminta agar Orias diganti. Ia bilang akan menyurati Menteri BUMN Erick Thohir.

"Ini orang (Dirut Holding Tambang) suruh utang, utang lagi, utang lagi, saya minta diganti dirut ini. Saya kirim surat pribadi dari fraksi, nanti kami bicara Fraksi Demokrat. Saya akan kirimkan Pak Erick sebagai menteri BUMN," ujarnya

Aksi gebrak meja anggota DPR terbaru terjadi ketika Komisi VII DPR rapat dengan Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Ridwan Djamaluddin dan PT Freeport Indonesia. Gebrak meja ini dilakukan oleh Anggota Komisi VII Fraksi PKB Marthen Douw.

Awal mula aksi gebrak meja ini bermula dari Wakil Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Jenpino Ngabdi saat memberikan paparan terkait progres pembangunan smelter. Jenpino mewakili Presiden Direktur PTFI Tony Wenas yang tak sempat hadir.

Dalam paparannya, Jenpino mengatakan progres pembangunan smelter di bawah target karena pandemi Corona. Ia juga meminta agar pembangunan mundur dari target menjadi tahun 2024.

Pada rapat tersebut, pihak PTFI rupanya belum memberikan bahan paparan kepada anggota sehingga sempat diingatkan oleh pimpinan rapat Wakil Ketua Komisi VII Eddy Soeparno.

"Sedianya dalam setiap RDP yang undangannya sudah kita kirimkan dan terima secara resmi bahan presentasi sudah tiba kami 3 hari sebelum pelaksanaan RDP. Jadi ini mohon dijadikan perhatian serius ke depannya karena Freeport bukan pertama kali melakukan RDP dengan kita," katanya di Komisi VII DPR Jakarta, Kamis (26/8/2020).

Setelah itu, Eddy memberi kesempatan kepada anggota lain untuk pendalaman. Beberapa anggota menyampaikan pandangan hingga Marthen mendapat giliran. Ia menekankan, rapat ini bukanlah untuk main-main. Ia juga meminta agar pemerintah daerah turut dihadirkan.

"Ini serius pak, kalau bisa masukan kepada pimpinan nanti sekalian pemerintah Papua hadirkan terus dari Freeport dan kami Komisi VII karena ini bukan hal main-main, kita serius lah. Kita bicara buang-buang waktu. Waktu berjalan terus," ungkapnya.

Aksi gebrak meja terjadi saat Marthen mendapat kesempatan bicara untuk kedua kalinya. Ia mengaku marah dan meminta agar pimpinan rapat menjadwalkan ulang rapat dengan holding tambang BUMN MIND ID dan PTFI.

"Ini ada satu perumpamaan misalnya rambutan di rumah saya terus dipanen tetangga saya marah tidak? Marah. Sama pula seperti Freeport dan Inalum ini pimpinan mohon jadwalkan, saya sakit, tolong betul hormat pimpinan jadwal ulang untuk hal ini," katanya.

Dirinya juga mengaku sedih melihat kondisi Papua. Sebab, angka kemiskinan di Papua yang paling tinggi. Nadanya pun kemudian meninggi hingga menggebrak meja. Sebagai wakil rakyat, dirinya mengaku sakit hati.

"Sakit saya DPR dewan perwakilan, wakilnya rakyat Papua, Indonesia, Indonesia Sabang sampai Merauke. Tapi sabar dulu mau yang lain, rumah saya belum aman baru saya keluar," ungkapnya.



Simak Video "Video: Prabowo Resmikan Smelter Emas Milik PT Freeport di Gresik"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads