Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan hari ini melakukan penandatanganan kerja sama dengan pengusaha kaya dari Australia, Andrew Forrest. Perusahaan Forrest bakal melakukan investasi dalam pengolahan energi terbarukan di Indonesia.
Forrest, melalui perusahaannya Fortescue Metal Group (FMG), disebut Luhut akan menggarap pengembangan 60 gigawatt (GW) pembangkit listrik tenaga air, dan 25 GW pembangkit listrik tenaga panas bumi.
"Penandatanganan akta kesepakatan bertujuan untuk memberikan kerangka kerja koordinasi melalui satuan tugas bersama untuk memfasilitasi, mempercepat dan melaksanakan investasi FMG di bidang industri hijau berbasis pengembangan 60 GW tenaga air dan 25 GW tenaga panas bumi energi terbarukan di seluruh nusantara," ujar Luhut dalam sambutannya, Jumat (4/9/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Luhut mengatakan, Forrest akan menggelontorkan puluhan miliar dollar dalam mendanai proyek pengembangan energi hijau ini. Namun, dia enggan menyebutkan angka pastinya berapa.
Baca juga: Prediksi Resesi dari Mulut Para Menteri |
"Investasi untuk pembangkit listrik, tidak termasuk infrastruktur tambahan, akan menelan biaya sekitar puluhan miliar dollar. Investasi yang sangat besar ini seharusnya memberikan dampak positif bagi Indonesia," kata Luhut.
Usai penandatanganan ini dilakukan, pihaknya akan membentuk sebuah satuan tugas terdiri dari perwakilan pemerintah dan perusahaan Forrest. Hal ini dilakukan untuk mempercepat pelaksanaan investasi.
"Satuan tugas terdiri dari semua pemangku kepentingan utama dari kedua belah pihak yang akan diminta untuk melaksanakan pelaksanaan investasi secepat mungkin," ungkap Luhut.
Dalam catatan detikcom, Januari yang lalu, Luhut juga pernah menyampaikan, perusahaan Forrest akan berinvestasi pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kalimantan. Saat itu, Luhut menyebut Forrest ditaksir akan menggelontorkan dana mencapai US$ 2,5 miliar atau setara Rp 34 triliun (pada kurs saat itu, Rp 13.600).
"Oh ya tadi tuh Andrew Forrest ini salah satu orang kaya Australia. Awalnya saya ketemu dia di Davos. Mau investasi. Tadinya mau 2.000 MW hydropower. Sekarang dia bilang saya mau 10.000 MW aja lah. Jadi seluruh Kalimantan dia ambil," tuturnya di gedung Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Jakarta Pusat, Kamis (30/1/2020).
(fdl/fdl)