Harga minyak dunia bertahan di level US$ 44 per barel selama dua hari terakhir. Angka itu naik tipis dari harga dua hari yang lalu, yakni Rabu (2/9) yang masih berada di level US$ 43 per barel.
Harga minyak dikhawatirkan akan mengalami penurunan mingguan karena permintaan yang masih loyo. Dilansir Reuters, Jumat (4/9/2020), pemerintah Amerika Serikat (AS) mencatat penurunan permintaan domestik atas bensin dalam sepekan terakhir ini.
Harga minyak mentah Brent LCOc1, naik US$ 28 sen, atau 0,6%, pada US$ 44,35, namun menuju penurunan 1,6% minggu ini. US West Texas Intermediate (WTI) CLc1 naik us$ 18 sen, atau 0,5%, menjadi us$ 41,55.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, persediaan minyak di Asia di hub Singapura kian melonjak di atas level tertinggi sejak 9 tahun terakhir ini.
"Meskipun harga naik hari ini dan bisa sedikit meredam kerugian minggu ini, pasar masih menghadapi sentimen penurunan secara keseluruhan yang dimulai dengan laporan permintaan BBM yang lebih rendah pada hari Rabu," kata analis di Rystad Energy Paola Rodriguez-Masiu, Jumat (4/9/2020).
Penurunan permintaan yang semakin dalam pun kian nyata dengan semakin besarnya pemutusan hubungan kerja (PHK) di AS.
Meski begitu, harga ini menunjukkan pemulihan dibandingkan April 2020 di mana Brent sempat merosot ke level terendahnya sejak 21 tahun, yakni di bawah US$ 16/barel, dan penjualan minyak mentah AS sempat masuk ke wilayah negatif.
Aksi pemotongan produksi secara besar-besaran sejak Mei yang dilakukan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, telah menciptakan kenaikan harga meski tipis.
(ara/ara)