Kepala BPH Migas M. Fanshurullah Asa melakukan pengawasan penerapan Digitalisasi Nozzle terhadap 2 SPBU. Kedua SPBU tersebut yaitu SPBU 24.353.58 Jl. Ahmad Yani No 99, Kurangan Nyawa, Kab. Pesawaran, Lampung dan SPBU 23.345.09 Jl. Lintas Barat Sumatera, Lintik, Krui Selatan, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung.
Pengawasan penerapan Digitalisasi Nozzle terhadap 2 SPBU itu dilakukan bersama tim BPH Migas yang didampingi oleh Sales Branch Manager MOR II PT Pertamina (Persero) Agung Suryatama dan Mgr Business, Government dan Enterprise Service PT Telkom Hasan Basri pada Jumat (18/9).
M. Fanshurullah Asa memaparkan lingkup pekerjaan Pertamina dengan Telkom terkait IT Nozzle antara lain, meliputi Automatic Tank Gauge (ATG), Electronic Data Capture (EDC) sampai pencatatan nomor polisi. Sejauh ini menurutnya komitmen Telkom ada kesungguhan, terbukti sudah sampai 92% pemasangan EDC, hanya masih terkendala pencatatan nomor polisi yang harus ditingkatkan presentase kepatuhannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Secara nasional 3 bulan lalu implementasi IT Nozzle sudah mencapai 31%, sekarang meningkat menjadi 40%," ungkapnya dalam keterangan tertulis, Minggu (20/9/2020).
Sementara itu khususnya di MOR ll Sumbagsel (Lampung, Jambi, Sumsel), SBM Pertamina Lampung Agung Suryatama menyampaikan untuk di wilayah Provinsi Lampung, dari total target IT nozzle pada 149 SPBU, 65 SPBU sudah UAT (43,6%) jika tidak ada halangan tidak sampai seminggu sudah BAST.
Pencatatan nomor polisi untuk solar sudah berjalan untuk wilayah Provinsi Lampung dengan rata-rata tingkat kepatuhan 37,3%, sedangkan untuk premium baru dimulai awal September dengan tingkat kepatuhan mencapai 4,4%. Artinya saat ini di Lampung sudah 65 dari 149 SPBU yang sudah selesai dilakukan instalasi dengan status UAT dan/atau BAST, sedangkan 56,4% sisa targetnya baru diterapkan sampai instalasi ATG.
Dalam kunjungannya, pria yang akrab disapa Ifan ini mengatakan masih terjadi kendala di lapangan terkait penerapan IT Nozzle seperti yang dijelaskan operator SPBU bahwa saat ini yang sering terjadi saat pengisian misalnya mesin EDC kadang-kadang error (not responding), terutama pagi hari sinyal sering trouble, kendala ini bisa sampai setengah jam. Oleh karena itu, imbuh Ifan, data fluktuasi EDC error mesti akurat, sehingga bisa menjadi dasar komplain kepada Telkom.
"Agar diidentifikasi problemnya apakah di sinyal atau di battery, siapkan form atau logbook keluhan/trouble yang mencatat secara detail berikut waktu-waktunya," ucapnya.
Mengakhiri perbincangan, Ifan berpesan agar area Sumbagsel juga sebaiknya siapkan pelatihan operator, untuk standardisasi kompetensi operator.
"Ada anggaran Rp 12 miliar yang kami siapkan untuk pelatihan, yang sumbernya salah satunya dari iuran Pertamina juga, untuk operator saya mengingatkan agar mencatat dulu nomor polisi baru melakukan pengisian BBM (mendorong Pertamina menerapkan pre purchase)," pungkas Ifan.
(akn/hns)