Perusahaan ini Geser Exxon Jadi Perusahaan Energi Paling Bernilai

Perusahaan ini Geser Exxon Jadi Perusahaan Energi Paling Bernilai

Aulia Damayanti - detikFinance
Selasa, 06 Okt 2020 11:35 WIB
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno meresmikan lima Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Komunal di Nusa Tenggara Timur. Acara peresmian berlangsung di Pulau Messa, Labuan Bajo, Manggarai Barat.
Foto: Istimewa/PLN
Jakarta -

Perusahaan tenaga surya dan angin NextEra Energy sempat menggulingkan ExxonMobil sebagai perusahaan energi paling berharga di Amerika Serikat (AS). Menurut perusahaan bidang keuangan UBS kapitalisasi NextEra sempat melampaui Exxon.

Pencapaian NextEra cukup menakjubkan sebab mengalahkan Exxon sebagai perusahaan energi paling berharga di dunia pada 2013. Bahkan saham NextEra menjadi lebih berharga dibandingkan semua saham perusahaan energi lainnya.

Senin kemarin nilai pasar Exxon menjadi US$ 142,2 miliar setara Rp 2.000 triliun (kurs Rp 14.788) sedangkan NextEra hanya US$ 1 miliar (Rp 14,7 triliun). Meski singkat sebagai perusahaan paling berharga, hal itu menandai NextEra sebagai perusahaan penuh optimisme meningkatkan energi bersih.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sentimen investor pada saham teknologi bersih adalah yang terbaik yang pernah ada," kata analis energi di Raymond Jame, Pavel Molchanov, dikutip dari CNN, Selasa (6/10/2020).

Nilai pasar NextEra memang masih jauh dari Exxon, namun pendapatan NextEra mendekati Exxon. Exxon meraup pendapatan senilai US$ 265 miliar (Rp 3.900 triliun) tahun lalu, sedangkan NextEra US$ 19,2 miliar (Rp 282 triliun).

ADVERTISEMENT

NextEra yang berbasis di Florida itu menyebut dirinya utilitas terbesar di dunia dan penghasil energi angin dan matahari terbesar. Harga saham NextEra naik 19% pada tahun ini dan diperdagangkan mendekati rekor tertinggi.

Perusahaan energi bersih itu baru-baru ini meningkatkan target keuangannya untuk tahun 2021 dan 2022. Wall Street memperkirakan NextEra bisa menjadi penerima manfaat dari gerakan pemerintah sebesar US$ 2 triliun (Rp 29.400 triliun).

Berbeda dengan Exxon yang telah kehilangan nilai pasar US$ 304 miliar (Rp 4.400 triliun) padahal sebelumnya nilai pasar Exxon mencapai US$ 446 miliar (Rp 6.500 triliun) pada pertengahan 2014. Hal itu disebabkan oleh kesalahan strategis dan harga minyak yang lemah, Exxon kehilangan uang untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.

Setelah kejadian itu dividen perusahaan yang dikumpulkan selama 37 tahun berisiko dipotong. Agustus lalu, Exxon dikeluarkan dari Dow Jones Industrial Average, indeks 30 saham eksklusif yang menjadi anggotanya selama 92 tahun. Exxon telah kehilangan lebih dari setengah nilainya tahun ini.

Exxon bukanlah satu-satunya perusahaan minyak yang berada di bawah tekanan. The Energy Select Sector SPDR Fund turun secara mengejutkan sebesar 50% tahun ini. Kepemilikan teratas dimiliki oleh Exxon, Chevron (CVX) dan Schlumberger (SLB).

Sebaliknya ETF Energi Bersih (PBW) Invesco WilderHill telah melonjak 90% sepanjang tahun ini. Kepemilikan teratas termasuk Vivint Solar (VSLR), SunRun (RUN), SunPower (SPWR) dan Bloom Energy (BE). Anggota lainnya adalah Tesla (TSLA), pabrikan mobil listrik yang nilai pasarnya melampaui Toyota (TM) dan menjadi pabrikan mobil terbesar di dunia, meski memproduksi jauh lebih sedikit kendaraan.

Exxon dan NextEra adalah dua perusahaan yang bergerak ke arah yang berlawanan. Exxon bergerak dalam bisnis pengeboran dan penyulingan minyak dan gas alam, sedangkan NextEra dalam bisnis utilitas listrik dengan energi angin dan matahari.


Hide Ads