Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) Jazi Eko Istiyanto bicara soal tantangan industri nuklir ke depan. Ia mengatakan tantangan utama adalah persepsi masyarakat terkait nuklir.
Jazi mengatakan nuklir selalu diasosiasikan dengan senjata nuklir. Padahal nuklir memiliki peran yang lebih besar lagi.
"Pertama adalah persepsi masyarakat tentang nuklir itu. Jadi nuklir selalu diasosiasikan dengan senjata nuklir. padahal awalnya, dengan adanya IAEA yang sudah berubah sekarang. Kalau dulu semboyannya Atom for Peace, sekarang ini atau sjeak 2018 kalo nggak salah IAEA menjadi Atom for Peace and Development," kata Jazi, Senin (26/10/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: BUMN Nuklir akan Gabung ke Holding Farmasi |
Jazi menambahkan nuklir juga dimanfaatkan untuk peralatan di rumah sakit (RS). Selain itu, di industri serta pertanian juga bisa memanfaatkan nuklir.
"Saya contohkan salah satu karya Batan Beras Sidenuk. Benih beras tapi beras ini diiradiasi dengan nuklir berakibat masa tanam pendek yield lebih tinggi dalam luasan lebih tinggi, lebih tahan hama, dan sebagainya," tuturnya.
Terkait PLTN, Jazi mengatakan bahwa Bapeten netral. Ia mengatakan pihaknya menyiapkan regulasinya.
"Dari sisi PLTN, Bapeten itu netral. Mau ada orang bikin PLTN silakan, nggak bikin silakan tapi kita siapkan regulasinya bagaimana suatu ketika pemerintah ada PLTN insyaallah regulasi dan segala sudah siap untuk jaga keselamatan dan keamanannya," ujarnya.
Ia juga mengaku siap mendukung pengembangan nuklir di Indonesia baik dari sisi pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) maupun dari sisi mendukung pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Salah satunya PLTN.
"Arah kebijakan pengembangan tenaga nuklir ada di tangan Presiden. Meski demikian, Bapeten siap melakukan pengawalan agar arah kebijakan mengenai pengembangan nuklir di Indonesia bisa maksimal berkontribusi terhadap pembangunan, sejalan dengan perintah Presiden," ujar dia.
Jazi menambahkan Kalau tenaga nuklir itu wewenangnya ada di Presiden. Gubernur Kaltim dan Gubernur Kalbar saja tidak punya wewenang meski mereka semangat sekali membuat PLTN.
"Tapi kalau dari sisi Bapeten, kami monggo saja kalau memang mau dikembangkan (tenaga nuklir). Kita akan mengamankan," ujarnya.
Meski sampai saat ini PLTN belum resmi ada di Indonesia, namun Jazi mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait yang memberikan pendanaan untuk Bapeten, baik untuk pengembangan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) di lingkungan Bapeten maupun konsep-konsep guna penunjang riset.
"Walaupun PLTN belum ada tapi kita tetap pelajari karena kita tidak tahu kalau sewaktu-waktu tiba-tiba (PLTN) ada (di Indonesia) kita harus siap," tuturnya.
(acd/ara)