Mana Lebih Hemat: Kompor Gas, Minyak atau Induksi?

Mana Lebih Hemat: Kompor Gas, Minyak atau Induksi?

Soraya Novika - detikFinance
Selasa, 27 Okt 2020 20:06 WIB
Burning gas burner. Blue fire with a red flame.
Foto: iStock
Jakarta -

PLN meluncurkan gerakan baru yakni gerakan konversi Gerakann Konversi 1 Juta Kompor Elpiji ke Kompor Induksi Gerakan ini tujuannya untuk mendorong masyarakat beralih dari kompor gas ke kompor induksi. Sebab, dianggap lebih efisien dan lebih hemat ketimbang kompor elpiji atau gas.

Benarkah demikian? Begini hitung-hitungannya:

Sebelumnya, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM juga sempat menggerakan konversi serupa. Namun, saat itu, Kementerian ESDM fokus mengkonversikan penggunaan kompor minyak tanah ke kompor gas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari e-book Kementerian ESDM yang diterbitkan di laman migas.esdm.go.id, Selasa (27/10) dijelaskan pemakaian kompor elpiji menggantikan minyak tanah lebih memberikan keuntungan ekonomis.

Pemakaian elpiji yang memiliki nilai kalori sebesar 11.254,61 Kcal/Kg (minyak tanah sebesar 10.478,95Kcal/Kg) dengan asumsi kesetaraan 1 liter minyak tanah setara 0,57 Kg elpiji, memberikan penghematan sekitar Rp 16.500 hingga Rp 29.250 bagi setiap KK.

ADVERTISEMENT

Sedang bagi negara memberikan penghematan sekitar Rp 25 triliun.

Selain alasan ekonomis, konversi minyak tanah ke LPG juga memberikan keuntungan lain berupa pemakaian energi bersih dan ramah lingkungan. Dibandingkan dengan Mitan, pemakaian elpiji tak hanya lebih murah karena memiliki nilai kalori lebih tinggi namun juga lebih bersih.

Pembakaran elpiji tidak menghasilkan asap dan relatif tidak berbau. Sedang pembakaran minyak tanah yang mengandung karbon selain menghasilkan asap juga memproduksi gas karsiogenik.

Bagaimana dengan kompor listrik?

lanjut ke halaman berikutnya

Menurut Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PT PLN Bob Saril, penggunaan kompor listrik bahkan bisa membuat masyarakat menghemat hingga Rp 40 ribu-Rp 50 ribu per bulan dibanding menggunakan kompor gas elpiji.

"Dari yang kita hitung itu bisa hemat Rp 40 ribu-Rp 50 ribu sebulan," ujar Bob Saril dalam konferensi pers di Gedung PLN, Jakarta, Selasa (27/10/2020).

Bob menyebut hitungan tersebut ia dapat dari hasil kajian teknis laboratorium Institut Teknologi PLN. Menurut hasil kajian teknis tersebut misal untuk memasak 1 liter air dengan menggunakan kompor induksi 1.200 watt memakan biaya hanya sebesar Rp 158, sementara menggunakan kompor elpiji tabung 12 kg (api maksimal) bisa mencapai sekitar Rp 176.

Selain, itu masyarakat juga bisa menghemat biaya yang biasanya dikeluarkan untuk membeli tabung gas. Lalu, keunggulan lainnya secara jelas terlihat pada keamanan pengoperasian masing-masing kompor tersebut. Pengoperasian kompor induksi tidak ada api yang menyala sehingga lebih menghindarkan risiko. Namun, sebaliknya kompor gas ada risiko kebakaran.

Kompor induksi juga dilengkapi oleh sensor yang dapat otomatis mati berdasarkan setting waktu atau sensor panas ketika overheat. Sedangkan kompor gas harus lebih hati-hati karena koneksi tabung gas harus dijaga agar tidak bocor.

Kelebihan lainnya dapat dirasakan dari aspek kemudahan pengoperasiannya. Kompor induksi dihubungkan langsung ke stop kontak listrik, tidak perlu bongkar pasang tabung gas, dan dapat mengatur suhu atau waktu memasak. Sedangkan kompor gas kebalikannya, membutuhkan tabung gas, perlu buka pasang tabung gas dan tidak dapat diatur suhunya atau waktu memasaknya.

Terakhir, dari aspek perawatannya pun kompor induksi terbilang lebih mudah. Kompor induksi permukaannya berbahan keramik atau kaca licin sehingga mudah dibersihkan. Sedangkan kompor gas terdapat tungku kompornya yang terbilang rumit untuk dibersihkan.

Kompor listrik juga diyakini bisa membawa penghematan buat negara. Dengan beralih ke kompor induksi, negara bisa berhemat dari anggaran subsidi elpiji yang telah dianggarkan sebesar Rp 50,6 triliun pada APBN 2020. PLN optimis gerakan konversi kompor ini dalam 5 tahun ke depan dapat membantu negara menghemat subsidi elpiji hingga sekitar Rp 4,8
triliun.



Simak Video "Hari Lingkungan Hidup 2025: Pertamina Tampilkan Teknologi Ramah Lingkungan dari Desa"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads