Peabody Energy, salah satu penambang batu bara terbesar di negara itu memperingatkan investor awal musim gugur ini bahwa keuangannya cukup goyah sehingga sekarang ada keraguan besar tentang kemampuannya untuk bertahan dalam bisnis.
Perusahaan telah kehilangan US$ 1,7 miliar dalam sembilan bulan pertama tahun ini dan terlibat dalam negosiasi dengan pemberi pinjaman dan pemegang obligasi untuk mencoba merestrukturisasi utangnya.
"2020 telah menjadi tahun yang berbeda dari tahun lainnya," kata CEO Peabody Glenn Kellow.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: China Borong Batu Bara RI Rp 20,6 T |
"Di AS, pembangkit batu bara turun 24% hingga September karena COVID telah mempercepat apa yang sebelumnya diproyeksikan menjadi penurunan permintaan batu bara selama beberapa tahun," tambahnya.
Masalah batu bara sudah ada jauh sebelum pandemi dan resesi. Minggu ini Administrasi Informasi Energi AS melaporkan produksi batu bara tahun lalu turun 35% dari tahun 2009. Total produksi turun ke level terendah sejak 1978.
Meningkatnya persaingan dari sumber energi berbiaya murah terutama gas alam memberi tekanan pada industri bara. Kemudian, biaya sumber energi terbarukan seperti angin dan matahari juga memberi dampak. Hal itu ditambah perang dagang antara AS-China yang telah memangkas permintaan di pasar primer untuk batu bara.
(acd/ara)