Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan sebanyak satu juta pelanggan listrik akan terpasang meteran listrik digital atau smart meter pada tahun 2022.
Pemasangan smart meter ini merupakan bagian dari pembangunan jaringan tenaga listrik atau smart grid guna meningkatkan pengawasan, mutu, dan keandalan sistem kelistrikan. Smart meter juga sebagai pengganti meter listrik konvensional.
"Ruang lingkup smart grid luas sekali. Mulai dari pembangkit dan automasi sistem transmisi, integrasi pembangkit terbarukan dan automasi sistem distribusi, hingga pemanfaatan dan pembangkitan mandiri," ujar Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Wanhar dalam keterangan resmi, Kamis (11/2/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wanhar mengatakan smart grid diyakini mampu membuat sistem tenaga listrik secara optimal dan efisien dengan memanfaatkan interaksi dua arah baik antara produsen listrik dengan konsumen.
Keberadaan smart grid, sambung Wanhar, mampu membuat konsumen menjadi produsen (prosumer). Misalnya, pelanggan yang memasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di rumah dapat mengirim tenaga listrik ke sistem PT PLN (Persero) dan tetap bisa memakai listrik dari PLN.
Implementasi smart grid sudah dirintis oleh BPPT sejak tahun 2013 di Sumba, Nusa Tenggara Timur dengan skala kecil (Smart Micro Grid). Pembangunan tersebut merupakan hasil integrasi antara Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), PLTS dan baterai, serta Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20 kV.
"Sistem tenaga listrik di Sumba beroperasi secara otomatis sesuai program algoritma untuk menyuplai beban. Beban dasarnya 1.200 kW dengan beban puncak 2.100 kW," ungkapnya.
Berlanjut ke halaman berikutnya.