Dua Srikandi PLN Ikut Berjibaku Bangun Tower Listrik Darurat di Kupang

Dua Srikandi PLN Ikut Berjibaku Bangun Tower Listrik Darurat di Kupang

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 21 Apr 2021 22:30 WIB
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) telah memulihkan 359 gardu listrik yang terdampak badai siklon tropis Seroja di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Foto: Dok. PLN
Jakarta -

Ada kisah menarik srikandi PLN di tengah badai siklon tropis Seroja yang menghantam Kupang, Nusa Tenggara Timur. Saat mendirikan tower listrik darurat ada dua Srikandi PLN yang ikut terlibat, Rosalia Widya Astuti Chandra dan Putri Ramadani yang terjun langsung menjadi tim relawan PLN.

Keduanya merupakan putri daerah asal NTT yang bertugas di Unit Layanan Transmisi, dan Gardu Induk Mamuju, Sulawesi Barat. Mereka rela terbang dari Mamuju menuju kampung halaman di Kupang.

Dalam keterangan tertulis PLN, kisah dua srikandi ini bermula saat badai Seroja menghantam Kupang pada awal April lalu. Badai merusak hampir 90% sistem kelistrikan di wilayah Rote, Ndao, Sabu, Pulau Semau, Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Adonara, Larantuka, Lembata dan Sumba Timor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akibat curah hujan selama tiga hari yang mengikuti badai Seroja, dua menara Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) bertegangan 70 kilo Volt (kV) patah dan roboh. Kerusakan tower transmisi berdampak pada padamnya sistem kelistrikan di empat kabupaten, yaitu Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, dan Belu.

Untuk mengatasinya, PLN membangun menara darurat setinggi 61 meter. Dari estimasi waktu perbaikan selama 1 bulan, ternyata proses perbaikan dapat dilakukan dalam waktu 10 hari saja. Di saat itu lah Rosalia dan Putri ikut serta mendirikan menara darurat itu.

ADVERTISEMENT

"Menjelang badai hari itu, saya sudah mulai cemas melihat stories di media sosial teman-teman. Saya melihat hujan begitu besar dan cuaca sangat buruk," ungkap Rosalia yang juga akrab disapa Widy, dikutip Rabu (21/4/2021).

Wanita ini merupakan lulusan Politeknik Negeri Kupang dan bergabung menjadi bagian PLN dengan jabatan Junior Engineer Pemeliharaan Transmisi sejak tahun lalu. Ketika badai dahsyat melanda, terbersit rasa cemas dalam dirinya.

Dia mengaku cemas dengan kondisi keluarganya di Kupang, pasalnya belum pernah dia melihat peristiwa bencana alam seperti ini seumur hidupnya.

"Saya benar-benar sedih melihat banyak daerah hancur, hingga banyak korban meninggal dan hilang," ujar Widy.

"Begitu manajer saya memberitahu info pembukaan relawan untuk pemulihan kelistrikan NTT, tanpa pikir panjang saya langsung mendaftarkan diri. Ternyata disetujui. Saya langsung berangkat ke Kupang untuk bergabung dengan relawan lain di lokasi," katanya.

Kesempatan untuk menjadi relawan juga diambil oleh Putri, wanita berusia 23 tahun ini bekerja di bagian Operasi dan pemeliharaan transmisi. Sebagai tim relawan PLN, Widi dan Putri bertugas mengurus masalah persediaan logistik.

Keduanya memastikan semua kebutuhan personel yang bekerja di lokasi pembuatan tower darurat bisa terpenuhi dengan baik. Keduanya mengaku sangat termotivasi agar listrik cepat menyala. Sebab, hadirnya listrik akan banyak membantu warga.

"Meski saya dan Widy perempuan, kami tak hanya mengerjakan pekerjaan yang ringan-ringan. Kami juga ikut membantu mengangkat material dan menarik konduktor listrik untuk mendirikan tower," ungkap Putri.

Wajah bahagia dan senyum para korban merupakan hadiah dari jerih payah yang para relawan lakukan. Keduanya mengaku itu merupakan penghargaan tertinggi dari pekerjaan yang telah mereka lakukan.

"Ada hal yang selalu menghangatkan hati kami. Saat cahaya listrik kembali hadir di antara rumah warga korban dan ketika melihat wajah-wajah tersenyum," ungkap Putri.

(hal/dna)

Hide Ads